Find Us On Social Media :

Tak Seperti di Palu, di Jepang Justru Nyaris Tak Ada Penjarahan Saat Bencana Menerjang, Kok Bisa?

By Mentari DP, Rabu, 3 Oktober 2018 | 11:30 WIB

Intisari-Online.com – Pada hari Jumat (28/9/2018) petang, Kabupaten Donggala dan Palu diguncang gempa 7,4 SR.

Tidak lama, tepatnya 30 menit pasca gempa, terjadi tsunami di area dekat pantai di Palu.

Ombak setinggi tiga meter tersebut lantas meluluhlantahkan Donggala dan Palu yang sudah hancur berantakan karena gempa.

Akibatnya 1.200 orang lebih tewas dan puluhan ribu lainnya luka-luka.

Baca Juga : Dari Televisi Hingga Mesin ATM, Ini Barang-barang yang Disita Polisi dari para Penjarah di Palu

Di tengah duka yang masih mendalam tersebut, datang kabar kurang menyenangkan dari sana.

Dilansir dari kompas.com, jajaran Kepolisian Resor Palu, Sulawesi Tengah berhasil menangkap 45 orang yang diduga pelaku penjarahan mini market, gudang, serta ATM pada Selasa (2/10/2018).

Ya, penjarahan. Bukannya membantu tim SAR atau mencari warga yang masih hilang, beberapa orang diduga menjarah sebagian besar lokasi di Palu.

Tentu saja aksi tidak terpuji ini dikecam beberapa pihak. Sebab mereka dinilai ‘tamak’ di saat kota Palu tengah berduka.

Memang saat itu, kondisi sedang sangat memperihatinkan. Sebab, mereka kekurangan makanan dan bahan pokok lainnya.

Panik, takut, dan ‘merasa jadi korban’ bisa menjadi alasan mereka melakukannya. Namun nyatanya mereka tidak hanya menjarah makanan atau kebutuhan pokok, tetapi TV layar besar dan peralatan rumah tangga orang lain.

Coba kita berkaca pada Jepang.

Pada tahun 2011, kota Tohuku di Jepang diguncang gempa berkekuatan 9,0 SR yang mengakibatkan tsunami setinggi 10 meter.