Penulis
Intisari-Online.com -National Geographic Indonesia bersama lebih dari 40 sahat dengan beragam latar belakang memutuskan menyosialisasikan gerakan #SayaPilihBumi pada Minggu (22/9).
Ini adalah sebuah gerakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai ancaman sampah plastik bagi Bumi.
“Berawal dari kerisauan kami akan kondisi kita yang makin tenggelam dalam limbah plastik, kami berkumpul bersama kawan-kawan yang terhubung melalui sosial media di kawasan Car Free Day Jakarta,” ujar Didi Kaspi Kasim, Editor in Chief National Geographic Indonesia.
Ia memutuskan memilih Car Free Day Jakarta sebagai "sarana" yang sesuai untuk menularkan semangat tersebut.
Baca Juga : Ingin Kurangi Sampah Plastik? Gantilah 5 Barang yang Sering Anda Gunakan Ini
Memang benar bahwa petugas kebersihan akan membersihkan area ini, namun cara berpikir seperti itu, menurut Didi, justru akan membuat kesadaran akan ancaman sampah plastik semakin hilang.
Sarinah - Bundaran HI - Sarinah adalah rute yang dipilih gerakan ini. Itu pun hanya satu sisi jalan. Hanya sedikit dari keseluruhan area Car Free Day.
Namun dengan rute ini, kampanye ini berhasil mengumpulkan 165 kg sampah plastik dalam 28 kantong.
Bayangkan berapa banyak sampah plastik yang dibuang tidak pada tempatnya selama kegiatan car free day ini. Berapa banyak yang kemudian masuk ke dalam selokan dan terbawa sampai laut?
Dr. Jenna Jambeck, peneliti dari Universitas Georgia, pernah melakukan sebuah penelitian mengenai sampah plastik.
Hasil penelitian ini mengejutkan banyak pihak, Indonesia berada pada posisi kedua sebagai negara penyumbang sampah plastik ke lautan.
Penelitian ini membuktikan bahwa Indonesia masih belum memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik. Kesadaran untuk mengurangi penggunaan produk plastik sekali pakai pun tercermin dalam penelitian tersebut.
Setiap tahun, sebanyak 1,29 juta metrik ton sampah plastik Indonesia berakhir di lautan. Tidak terbayang seperti apa besaran sampah tersebut?
Bayangkan saja 215 ribu ekor gajah Afrika jantan dewasa dengan bobot masing-masing seberat 6 ton.
Baca Juga : Jika Ibu Kota Pindah ke Palangkaraya, Orang Jawa Juga Harus Ikhlas Pindah ke Sana
Apa yang diungkap oleh Dr. Jenna Jambeck hanyalah satu dari beberapa penelitian mengenai sumbangan sampah plastik di Indonesia terhadap tercemarnya lautan.
Oleh karena itu, kampanye ini berniat mengajak Anda semua untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan. Tidak hanya dengan membuang sampah pada tempatnya, namun juga dengan mengurangi penggunaan produk plastik sekali pakai.
Andi (44), salah satu peserta #SayaPilihBumi merasa terpanggil dengan gerakan ini.
Baginya, kegiatan seperti ini bukanlah kegiatan pertama yang ia ikuti. Namun sebanyak apa pun kegiatan tersebut ia ikuti, permasalahan sampah plastik seakan tidak pernah selesai.
Oleh sebab itu, sambil terus menjaga lingkungan, karyawan swasta ini juga mendidik anak-anaknya untuk peduli terhadap kebersihan lingkungan.
Andi mencoba "menjegal" permasalahan ini dengan memberikan pemahaman yang tepat bagi generasi penerus.
Sejalan dengan itu, Didi Kaspi Kasim juga mengatakan bahwa #SayaPilihBumi mungkin bukanlah solusi bagi permasalahan sampah Jakarta, atau Indonesia.
Namun pria yang merelakan sepedanya menjadi kendaraan pengangkut sampah ini percaya, dengan kekuatan ilmu pengetahuan dan kepedulian, masyarakat akan mengubah perilakunya untuk peduli terhadap lingkungan.