Find Us On Social Media :

Alun alun Bekas Tusukan Tongkat Daendels Itu Jadi Titik Nol Kilometer Kota yang Tak Pernah Sepi di Akhir Pekan

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 22 September 2018 | 07:30 WIB

Agaknya, alun-alun kota tradisonal harus dibangun dengan bersumbu ke gunung sebagai pemberi kemakmuran dan pengharapan, lalu dibentuk bangunan-bangunan yang mencerminkan tatanan sosial ideal masyarakat.

Baca Juga : Berakhir Pekan ke Bandung? Jangan Lupa Cicipi Es Durian yang Legitnya Bikin Enggak Tahan

Dalam hal Kota Bandung misalnya, gunung yang ideal sebagai titik awal sumbu perancangan adalah G. Tangkuban Perahu, sementara tubuh air yang ideal adalah Sungai Cikapundung, karena bersumber juga di kaki G. Tangkuban Perahu.

Hal-hal inilah yang agaknya secara saksama telah dipertimbangkan Bupati Wiranatakusumah II, tatkala harus menetapkan alun-alun sebagai pusat pertumbuhan Kota Bandung yang akan dibangun.

Hasilnya, titik penunjukan tongkat Daendels telah digeser sang bupati sekitar 250-an meter ke sebelah baratnya, ke sisi lain Jl. Raya Pos. Bila titik penunjukan Daendels terletak sekitar 150-an meter di sebelah timur S. Cikapundung, maka alun-alun hasil penetapan Bupati Wiranatakusumah E terletak persis di tepi barat S. Cikapundung.

Hal ini dapat dimaklumi, apabila sang bupati menetapkan alun-alun pada titik penunjukan Daendels yang terkenal keras itu, maka ia akan  menemukan banyak kesulitan.

Baca Juga : Cari Oleh-oleh dari Bandung? Jangan Lupa Menenteng Brownies Kukus Anak Menantu Damai

Sebagai contoh, ia akan sulit menempatkan lokasi bangunan masjid yang seyogyanya harus dibangun di sebelah barat alun-alun.

Memang, Kota Bandung bukanlah satu-satunya kota di Nusantara yang bertitik nol kilometer tidak terletak di alun-alun,  sebagai pusat perkembangan pemukiman tradisional.

Bila alun-alunnya harus sesuai dengan titik penunjukan Daendels, maka bangunan masjidnya tidak akan dapat didirikan di sebelah barat alun-alun sesuai dengan kelaziman; maklum alun-alun tersebut akan langsung berbatasan dengan S. Cikapundung di sebelah baratnya.

Sayangnya, Alun-alun Bandung yang dahulu telah direncanakan baik oleh Bupati Wiranatakusumah II dengan kaidah segala nilai-nilai tradisional yang berlaku, saat ini keberadaan nilai tradisionalnya sedang menghadapi ancaman.

Bangunan masjid, terutama bangunan kabupatennya, sedikit demi sedikit mulai kelihatan tidak berarti. Gedung-gedung berkilap seolah berlomba saling menyaingi, lalu pada akhirnya mulai menenggelamkan nilai-nilai tradisional Alun-alun Bandung.

Baca Juga : Liburan ke Bandung? Ingat, Pantang Pulang Sebelum ke Lembang!