Penulis
Intisari-Online.com - Navy AS melakukan pengujian terhadap pesawat jenis baru pada 2021 mendatang.
Pesawat jenis baru ini, diluncurkan untuk menggandakan jangkauan serangan dari pesawat tempur F-18 dan F-35 C dan pesawat pengangkut lainnya.
Programnya ini diberi nama MQ-25 Stingray, yang akan memasuki percobaan pada tahun 2020-an dengan membawa teknologi generasi terbaru.
Teknologi baru ini dirancang untuk menyediakan bahan bakar yang sangat dibutuhkan oleh Navy AS.
Baca Juga : Path Tutup, Ini 3 Sosok Kunci di Balik Aplikasi Itu Hingga Curhatan Pendirinya
Dengan demikian akan memungkinkan penggunaan yang lebih baik dengan memperluas jangkauan pesawat tempur.
"Program ini diharapkan akan menjalani uji terbang pada 2021 dan mencapai kemampuan operasional awal pada 2024," kata Jamie Cosgrove, juru bicara Komando Navy, kepada Warrior Maven.
Sebagai pertimbangan, pesawat tak berawak ini adalah jawaban atas beberapa anacaman yang dilakukan AS beberapa waktu lalu.
Dengan kemampuan ini diharapkan akan membuat F-18 atau F-35 C menjadi lebih berbahaya yang memperluas operasi serangan secara ofensif.
Baca Juga : Rusia Makin Beringas, Polandia Siapkan Lahan dan Dana Agar AS Bangun Pangkalan Militer di Negaranya
Semantara itu, operator bisa beroperasi di jarak yang mungkin lebih aman dan tidak dalam jangkauan musuh.
Jika saat ini mungkin musuh memiliki radius jarak tempur mencapai 1.609 Km jauh di laut atau bahkan lebih.
Namun potensi tempur lebih berbahaya dimiliki oleh pesawat tak berawak ini, dengan daya jelajah yang lebih luas tanpa takut di kekurangan bahan bakar.
Dikatakan jika jarak serangan F-18 mungkin hanya dalam radius 804 Km saja, namun dengan rekayasa pengisian bahan bakar memungkinkan untuk pesat ini lebih mendekat lagi.
Baca Juga : 'Hanya' Terima 1.000 Imigran Yahudi Asal Etiopia, Israel Dianggap Diskriminatif
Hal itulah yang akan membuat serangan F-18 dan F-35 C semakin berbahaya dan memiliki kemampuan tempur jarak dekat, sebab operatornya berada jauh dari pesawat.
Kehadiran pesawat tak berawak memang cukup meresahkan dan menjadi ancaman kapal induk China.
Meskipuan secara umum Rudal China DF-21D dan DF-26 anti-kapal mampu menghancurkan target sejauh 1448 Km, pesawat tak berawak justru bisa mendekat dengan operator yang berada jauh dari pesawat.
Selain itu, Angkatan Laut dengan cepat mengembangkan senjata pertahanan berbasis kapal, aplikasi peperangan elektronik, laser dan teknologi yang mampu mengidentifikasi dan menghancurkan mendekati rudal jelajah anti-kapal.
Baca Juga : Belum Resmi Rilis, Xiaomi Redmi Note 6 Pro Sudah Bocor, Yuk Intip Sepesifikasi dan Harganya
Teknologi ini menggabungkan sistem radar dan pengendalian kebakaran berbasis kapal dengan sensor udara dan rudal dual-mode SM-6 untuk melacak dan menghancurkan ancaman yang mendekat dari luar cakrawala.
Senjata laser dan senjata rel berbasis kapal, di samping itu, juga bisa menjadi senjata pertahanan kapal berbiaya rendah.
Proses rekayasa ini sejauh ini telah diarahkan pada upaya teknis, MQ-25A Stingray dan analisis tugas mencakup kemampuan kendaraan udara dan kesesuaian operator.