Penjualan Properti Lesu, Inilah Waktu Paling Tepat untuk Beli Rumah

Ade Sulaeman

Penulis

Saat ini adalah waktu yang tepat beli rumah. Sebab penjualan properti masih lesu. Kondisi ini diperkirakan masih akan berlanjut sampai akhir tahun.

Intisari-Online.com -Penjualan properti hingga saat ini masih lesu. Kondisi ini diperkirakan masih akan berlanjut sampai akhir tahun.

Penyebabnya investor masih menahan diri masuk ke sektor ini karena kondisi makro yang kurang bagus dan properti-properti investasi memang masih over suplay.

Dengan kondisi seperti ini, harga properti diperkirakan tidak akan naik. Bahkan, untuk harga rumah secondary malah cenderung mengalami penurunan.

Oleh karena itu, Andy K Natanael, Founder PROJEK dan PROVIZ mengatakan, saat ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan pembelian properti.

Baca Juga : Belajar dari Kasus Istri Sule Kepergok Bersama Pria Lain, Kenapa Wanita juga Tertarik Selingkuh?

"Situasi sekarang adalah time to buy. Banyak sekali diskon dipasar saat ini dan harga secondary saja sudah turun. Beli properti itu jangan saat booming tapi saat lesu agar dapat murah yang murah," kata Andy di Jakarta, Minggu (9/9).

Andy menyarankan, jika ingin membeli properti dengan mengejar capital gain mak sebaiknya konsumen membeli proyek properti yang benar-benar baru diluncurkan saat ini.

Dengan kondisi harga properti yang lagi turun maka harga proyek-proyek baru saat ini akan cenderung murah sehingga potensi kenaikannya akan sangat besar saat pasar properti sudah membaik.

Menurut Andy, pasar investor saat ini lesu bukan hanya karena faktor makro ekonomi yang kurang bagus tetapi karena pasokan yang masuk ke pasar pada empat lima tahun yang lalu sangat besar.

Baca Juga : Istri Sule Diduga Selingkuh, Inilah 6 Pekerjaan Bagi Wanita yang Rawan untuk Selingkuh!

Sehingga jumlah proyek yang sudah jadi saat ini banyak sekali. Banyak investor, sementara pembelinya tidak ada.

Dengan kondisi tersebut, tahun ini akan menjadi tahun yang berat bagi pengembang.

Cara berjualan properti saat ini tidak bisa lagi dengan iming-iming potensi investasi tetapi harus berjualan sesuai dengan fungsinya.

"Jadi jualan sekarang harus untuk fungsi ditinggali baru laku. Atau kalau tujuannya untuk investasi maka pengembang harus kasih data ke konsumen bagaiman potensi investasinya, harus ada data potensi sewa." jela Andy.

Baca Juga : Jokowi Ingin Sungai Ciliwung Seperti Sungai Cheonggyecheon, Sungai Buruk Rupa yang 'Disulap' Jadi Cantik

Adapun segmen properti yang masih memiliki pasar saat ini adalah proyek yang benar-benar mahal atau yang murah sekali.

Menurut Andy, dua segmen itu masih akan tumbuh karena tujuannya pasti untuk ditempati.

Perlambatan penjualan properti juga diakui oleh Ciputra Group. Perusahaan ini melihat bahwa bahwa pasar properti tahun 2018 ini masih akan berat.

Tekanan nilai tukar rupiah dinilai semakin membuat pasar properti sulit untuk menggerakkan langkah kakinya.

"Penjualan sangat berat tahun ini. " kat Tulus Santoso, Direktur CTRA baru-baru ini.

Ciputra melihat pasar yang masih ada cerusknya saat ini adalah kelas menengah ke bawah.

Oleh karena itu, perusahaan sedang mencoba mendorong peningkatan pasokan di kelas tersebut.

"Saat ini kami sedang kekurangan proyek yang kecil-kecil, makanya kami mau dorong proyek di sektor ini," ungkap Tulus.

Tahun ini, CTRA menargetkan marketing sales atau pra penjualan Rp 7,7 triliun.

Hingga semester I 2018, perusahaan ini baru berhasil mencapai Rp 3,3 triliun atau 42,8% dari target.

Meskipun tantangannya masih berat, Tulus bilang, pihaknya belum berencana untuk merevisi target.

Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Harga secondary sedang turun, sekarang waktu yang tepat membeli rumah".

Baca Juga : Rumah di Bandung Dikepung Tembok Tetangga, Ini Aturan Hukum tentang 'Tanah Helikopter'

Artikel Terkait