Penulis
Intisari-Online.com - Keindahan Sungai Cheonggyecheon tampaknya menginspirasi banyak pemimpin di dunia.
Dalam lawatannya ke Seoul, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyempatkan diri berkunjung ke tempat ini.
Dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, Jokowi mengatakan, keadaan awal Sungai Cheonggyecheon mirip dengan Kali Ciliwung di Jakarta.
Namun berkat inovasi dan pembangunan kembali, sungai ini menjelma menjadi kebanggan masyarakat Seoul.
Baca Juga : Jokowi Ingin Sungai Ciliwung Seperti Sungai Cheonggyecheon, Sungai Buruk Rupa yang 'Disulap' Jadi Cantik
Keindahan Sungai Cheonggyecheon juga menginspirasi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk membuat proyek serupa.
Dalam salah satu unggahan di Facebook, dia mengatakan akan segera merancang proyek revitalisasi Kali Malang agar mirip dengan tampilan sungai di Kota Seoul tersebut.
Sungai Cheonggyecheon ternyata bukan sungai biasa. Wilayah di sekitar tempat ini sering diguanakan sebagai latar dalam drama dan film asal negeri ginseng tersebut.
Uniknya, keberadaan sungai ini telah melalui berbagai kisah. Mulai dari tempat kumuh kini menjadi salah satu objek wisata andalan Seoul.
Baca Juga : Sedang Berkunjung ke Korsel, Ini Kejutan Presiden Jokowi Untuk WNI yang Tinggal di Sana
Kini yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana Sungai Cheonggyecheon bertransformasi?
Sungai Cheonggyecheon sudah ada sejak zaman Dinasti Joseon ratusan tahun lalu.
Sungai tersebut awalnya bernama Gaecheon yang berarti "aliran terbuka". Air sungai dimanfaatkan untuk sistem pengairan pada masa itu.
Pada awal abad ke-20, Kota Seoul berkembang dan pembangunan terjadi berlangsung di segala hal.
Baca Juga : Model Victoria's Secret Winnie Harlow Idap Vitiligo, Ini Penyebab dan Komplikasi dari Penyakit Ini
Namun pembangunan ini juga menyebabkan rusaknya ekosistem Sungai Cheonggyecheon.
Pinggiran sungai berubah menjadi perkampungan kumuh. Aliran sungai bahkan dimanfaatkan warga setempat sebagai tempat pembuangan akhir.
Hal ini membuat Sungai Cheonggyecheon semakin tercemar. Air yang mengalir mengeluarkan bau tak sedap.
"Kemudian untuk menutupnya, dibangunlah jalan bebas hambatan di atasnya pada 1950-an," ujar Kee Yeon Hwang, salah satu inisiator proyek pembangunan Sungai Cheonggyecheon, seperti dikutip dari Grist.org.
Pada 1976 pemerintah setempat kembali membangun jalan layang 4 lajur tepat di atas aliran sungai.
Hwang mengatakan, jalan ini merupakan simbol keberhasilan industrialisasi dan modernisasi Korea. Namun pembangunan jalan ini malah memberikan masalah baru bagi penduduk kota. Masalah klasik perkotaan seperti polusi, panas, dan kekurangan lahan hijau melanda warga Seoul.
Menurut laporan European Centre for River Restoration, Sungai Cheonggyecheon mengalami degradasi parah. Kualitas perairannya sangat buruk.
Pada Juli 2003, atas beberapa saran, wali kota Seoul Lee Myung-bak, kemudian memiliki inisiatif untuk mengembalikan fungsi sungai sekaligus menambah ruang pubilk.
Baca Juga : Viral Situs Cek Rekening untuk Perangi Tindak Kejahatan Online, Inilah Penjelasan CekRekening.id
Pemerintah kemudian membentuk Badan Pemulihan Sungai Cheonggyecheon yang berfokus pada riset, pengembangan, dan perencanaan.
Badan ini juga bertugas untuk memberi edukasi serta pengertian kepada masyarakat.
Hasilnya, Pemerintah Seoul menyingkirkan jalan layang di atas sungai.
Mereka juga menggali kembali sungai yang telah terkubur di bawah jalan selama lebih dari 30 tahun.
Pemerintah Seoul juga membangun ekosistem buatan baru sebagai pelengkap sungai. Konstruksi ini selesai hanya dalam waktu 2,5 tahun. Sungai Cheonggyecheon akhirnya kembali menampakkan wujudnya.
Ruang baru ini kini memiliki panjang lebih dari 8 kilometer dengan taman seluas 400 hektar.
Pada 2005, Sungai Cheonggyecheon kembali dikenalkan ke publik Seoul.
Salah satu tantangan terbesar dalam membangun kembali sungai ini adalah menyingkirkan sisa pembangunan jalan layang.
Baca Juga : Jack Ma Pensiun, 'Sepasang Tangan yang Aman' Daniel Zhang Ambil Alih Komando Alibaba
Selain itu, pemerintah juga harus menyediakan jalan keluar bagi 160.000 kendaraan yang melintas di atas jalan tersebut setiap harinya.
Untuk mengatasi masalah transportasi, pemerintah Seoul lalu mengembangkan sistem Bus Rapid Transit secara besar-besaran.
Layanan BRT juga terintegrasi dengan berbagai moda transportasi publik di Seoul. Proyek ini tidak sekadar menyediakan fasilitas dan ruang terbuka hijau bagi masyarakat.
Lebih dari itu, pembangunan kembali Sungai Cheonggyecheon juga turut menjadi media edukasi bagi masyarakat tentang petingnya penggunaan transportasi publik.
Hasilnya, penggunaan kendaraan pribadi berkurang dan transportasi publik pun semakin berkembang.
Kini sungai sepanjang lebih dari 8 kilometer ini menjadi kebanggaan warga Seoul.
Keberadaan sungai ini mampu menyediakan pasokan udara bersih bagi warga.
Bahkan kualitas udara Seoul meningkat. Seperti dikutip dari situs World Wildlife Fund (WWF), polusi udara berkurang dari 74 mikrogram per kubik menjadi 48 mikrogram di sekitar wilayah sungai.
Manfaat lainnya adalah suhu udara turut berkurang. WWF menyebutkan, temperatur di sepanjang koridor sungai menurun 3 sampai 4 derajat.
Baca Juga : Sering Memicu Keinginan Bunuh Diri, Ini Gejala Depresi yang Harus Anda Perhatikan
Kecepatan angin di aliran sungai juga meningkat sebesar 50 persen lebih tinggi dari sebelumnya.
Pembangunan kembali Sungai Cheonggyecheon turut meningkatkan ekosistem di wilayah tersebut. Tercatat, pada 2009 jumlah burung di aliran sungai meningkat dari 6 menjadi 36 ekor.
Spesies ikan bertambah dari 4 menjadi 25 ekor, serta tak lupa serangga di sekitar area sungai berkembang dari 15 menjadi 192 ekor.
Dengan berbagai manfaat yang diberikan, proyek pengembalian fungsi sungai ini menjadikan Seoul sebagai contoh terbaik dalam perencanaan dan tata ruang kota hijau. (Rosiana Haryanti)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Rahasia Keindahan Sungai Cheonggyecheon yang Dikagumi Jokowi"
Baca Juga : Kisah Anjing-anjing Penyelamat dalam Tragedi 9/11, Mati Sebagai Pahlawan