Penulis
Intisari-Online.com - Adalah dua sahabat bernama Caroline Hlahla dari London, Inggris, dan Khulile Vilakazi-Ofosu dari Afrika Selatan. Mereka bekerja sama dalam menjalankan perusahaan pembuatan rambut sambung alami.
Suatu ketika, putri Khulile yang baru berusia 2 tahun mulai ingin memiliki rambut pirang dan lurus. Sebagai keturunan Afrika, mereka memang dikarunia rambut yang lebat, tebal, dan membundar atau disebut rambut kinky.
Akhirnya, Caroline dan Khulile memutuskan untuk mengalihkan bahan baku rambut tersebut menjadi rambut untuk boneka. Mereka pun meluncurkan boneka Sibahle Collection.
Kata Sibahle berasal dari bahasa Zulu yang berarti ‘kami cantik’. Kata itu dipilih untuk mewakili anak-anak dari budaya Afrika dan Caribia.
(Baca juga: Mirip Film Horor Annabelle, Keluarga Ini Mengaku Dihantui oleh Boneka Berambut Pirang Selama Bertahun-Tahun)
(Baca juga: Menyeramkan, Boneka Bermata Biru Ini Menghantui Keluarga Nunez di Peru)
(Baca juga: Berhasil Kalahkan Kanker, Balita Ini Mendapat Hadiah Boneka yang Mirip Dirinya)
Boneka setinggi 50 cm itu merepresentasikan gambaran dari tubuh dan wajak anak-anak Afrika dan Karibia.
Boneka ini memang untuk mendorong anak-anak dari budaya tersebut agar tidak malu dengan ‘rambut kinky’ itu.
Tidak mudah bagi Catherine dan Khlulile untuk mewujudkan idenya membuat Sibahle. Sebelumnya mereka harus mengalami banyak penolakan dari pabrik untuk memproduksi boneka itu.
Setelah jadi pun, mula-mula toko-toko mainan menolak menjualnya. Alasannya, boneka berkulit hitam susah dijual dan terlihat jelek.
Bagaimana pun juga, sejak diluncurkan boneka mereka ternyata laris. Kini, dua sahabat itu tengah mencari dana untuk mengembangkan bisnis boneka.
Saat ini Caroline sendiri menjalankan perusahan itu di garasi rumahnya. Sementara Khulile menjahit di ruang makan di rumah ibunya sambil mengasuh anaknya.
Mereka bekerjasama dengan dua perancang busana muda yang berbasis di Afrika Selatan. Para perancang busana ini membuat gaun-gaun untuk boneka seharga 38 poundsterling atau Rp650 ribu itu.
Kedua perancang busana itu kini mendaptkan penghasilan yang lumayan dari pesanan Sibahle. Mereka ingin menggunakan boneka Sibahle untuk lebih banyak menciptakan lapangan kerja di Afrika Selatan.
Mereka juga ingin memberdayakan lebih banyak lagi kaum perempuan di sana.
“Kami memutuskan untuk melakukan hal ini karena kami ingin anak-anak kami tahu bahwa mereka cantik seperti apa adanya,” kata Caroline.
Mantan konsultan pajak itu mengakui sebelumnya selama 18 tahun ia menggunakan pelurus rambut kimia. Namun, ia memutuskan untuk kembali ke rambut kinkynya pada 2014.
“Kami berharap boneka berambut kinky ini akan mengajarkan anak-anak kami bagaimana cara merawat rambut alami sendiri. Juga agar mencintai kulit mereka seperti adanya,” jelas Catherine.
Lebih jauh ia menceritakan bahwa boneka pertama mereka disebut Nobuhle. Buhle dalam bahasa Zulu berarti ‘seseorang yang merepresentasikan kecantikan’.
Rambut mereka yang istimewa tergambar dari boneka ini. Anak-anak mendapatkan pengalaman dengan rambut, mencucinya, merawatnya seperti merawat rambut mereka sendir.
Kini pasar Eropa bisa mengisi celah bagi boneka hitam dengan boneka kulit putih yang hanya dicat hitam rambutnya, bukan yang seperti tipikal rambut kinky Afrika.