Nilai Tukarnya Makin 'Perkasa' di Banyak Negara, Dollar AS Sebenarnya Bisa 'Dibunuh' oleh Cadangan Emas China

Ade Sulaeman

Penulis

AS memberikan pesan ke setiap negara lain yang bergantung pada dolar dalam menjalankan pasar bebasnya.

Intisari-Online.com- Menurut Keiser Report, channel berita keuangan, sekarang ini banyak negara yang memilih untuk menggunakan mata uang nasional mereka sendiri dibanding dolar dalam perdagangan bebas.

Hal ini tak lain dikarenakan negara-negara itu menjadi korban dari tarif dan sanksi AS yang tak kenal lelah.

Seperti diwartakan rt.com, Rabu (5/9/2018), Max Keiser mendiskusikan mengenai AS yang mensimulasikan mata uangnya.

Selain itu, Alasdair Macleod, kepala penelitian untuk GoldMoney.com juga mengungkap suatu hal.

Baca Juga : Dolar Diprediksi akan Kehilangan Kekuatannya Tahun 2025, Mata Uang ini yang Akan Menggantikannya

Yakni bahwa AS paham betul sistem keuangan global tidak memiliki pilihan untuk dolar, sehingga AS menggunakan kuasa itu demi keuntungannya sendiri.

"AS memberikan pesan ke setiap negara lain yang bergantung pada dolar dalam menjalankan pasar bebasnya, dan ini bukanlah hal yang aman untuk dilakukan," Macleod menyampaikan kepada Keiser.

"Anda harus memiliki alternatif lainnya," lanjutnya.

Analis tersebut menyebutkan salah satu negara, yakni China.

Baca Juga : Cara China 'Menjajah' Negara-negara Lain: Beri Pinjaman yang 'Mustahil' Dilunasi

Secara pasti China akan beralih ke yuan untuk perdagangan setidaknya di kawasan Asia.

Lebih lanjut, menurut Macleod, China telah mengumpulkan emas dalam waktu yang lama dan menunggu kesempatan menggunakannya untuk mendukung mata uang nasionalnya.

Macleod mengatakan bahwa China memiliki lebih dari 1.842 ton emas yang diakui pemerintah untuk menahan cadangannya.

Menurutnya, Beijing telah melakukan diversifikasi dari dolar AS sejak 1983 dan bisa mengakumulasi lebih dari 20.000 ton emas.

Dia menambahkan bahwa jika China mulai mendukung yuan dengan cadangan emasnya, itu bisa membunuh dolar AS.

Baca Juga : Nilai Tukar Rupiah Dekati Rp15 Ribu, Ini 7 Perbedaan Kondisi Ekonomi 1998 dan 2018

Artikel Terkait