Find Us On Social Media :

Seandainya Tokoh-tokoh PKI Lebih Cepat Bertindak, Entah Apa Jadinya Kota Yogyakarta

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 4 September 2018 | 22:00 WIB

Jam 22.00 pawai bergerak istimewanya, justru banyak puteri yang Ikut serta. Dan kita yang menyaksikan turut terdiam.

Baca juga: Pernah Bertempur Melawan Pasukan Khusus Inggris, Bikin Kostrad Mudah Taklukkan Kekuatan Pro PKI

Hingga kini banyak orang yang percaya, bahwa pawai doa mohon selamat dari bencana dengan keliling beteng itulah yang menyebabkan tidak banyak pembunuhan terjadi di kota dan di wilayah Yogya pada zaman Gestapu.

Padahal kalau pemimpin Gestapu Yogya, bekas Major Mulyono, cepat bertindak ia dan kawan-kawannya pasti dapat menghabisi siapa saja yang dipandang sebagai lawannya. Karena Yogya khususnya dan Jawa Tengah umumnya memang dalam keadaan tidak siaga pada hari-hari   sekitar pembentukan “Dewan Revolusi".

Justru keadaan inilah antara lain yang memungkinkan Mulyono dapat mengumumkan pembentukan “Derev". Tanggal 2 Oktober, tanggal mendaratnya  DN Aidit di Yogyakarta (ia bertolak dari lapangan terbang Halim jam 1.30 malam dan tiba di Yogya jam 3.00 pagi).

Pemuda Rakyat, CGMI dan sebangsanya menempelkan plakat dimana-mana, yang pada pokoknya mendukung “Derev" dan mengutuk apa yang disebutnja “Dewan Jenderal".

Baca juga: Dibukanya Dokumen Rahasia Kedubes AS Tegaskan Bahwa CIA Memang Izinkan Pembantaian ‘Anggota’ PKI

R.R.I, yang dikuasai Mulyono, pada tanggal 2 Oktober itu juga mengumumkan larangan mendengarkan Radio Jakarta. Suasana umum takut-khawatir-takut. Ada apa? Banyak orang tidak tahu keadaan yang sesungguhnya.

Sekali lagi, seandainya Mulyono cepat bertindak...... mungkin diantara tokoh-tokoh yang sekarang masih hidup, banyak yang sudah ditimbun di lobang-lobang buatan PKI.

Kekosongan kekuatan fisik di Yogyakarta dapat kiranya dilihat dari kenyataan, bahwa sampai minggu terakhir bulan Oktober orang-orang  PKI masih berkeliaran dengan bebasnya.

Jadi sebenarnya berani sekali orpol-ormas yang mengadakan Rapat Besar di Alun-Alun Utara pada tanggal 20 Oktober, dengan tuntutan utama supaya PKI dibubarkan.  Rapat ini diadakan ditengah-tengah sorotan mata orang-orang PKI. Banyak diantara mereka yang menyaksikannya!

Baca juga: Soal Film G30S/PKI Versi Kekinian, Begini Tanggapan Putri Mendiang AH Nasution

Mengapa Mulyono tidak bertindak? Mungkin orang-orang PKI yang sekarang diamankan mengenangkan dengan penuh rasa kecewa saat-saat itu!

Mungkinkah ia bimbang dengan cepat gagalnya kup di Jakarta? Sungguh tragis, bahwa dia sendirilah akirnya yang ditangkap di daerah Boyolali; daerah, yang dijadikan titik-tolak untuk membuka kenang-kenangan ini.

Sekarang dia tidak dapat mengelakkan tanggung jawab atas pembunuhan kejam terhadap atasannja: Komandan Korem 72 Brigjen Anumerta Katamso dan Kepala Stafnya Kolonel Anumerta Sugiyono.

Baca juga: Penumpasan Gerakan 30 September Menjadi Semakin Tak Terkontrol ketika Ormas Anti-PKI Ikut Terlibat