Find Us On Social Media :

Kisah Penjual Air Isi Ulang yang Tak Kuasa Menahan Tangis saat Anaknya Berhasil Meraih Medali Emas

By Intisari Online, Kamis, 30 Agustus 2018 | 07:00 WIB

Sebelum berkiprah di dunia silat, kata Agus, Bangkit awalnya tidak tertarik berlatih pencak silat. Bangkit lebih menyukai sepak bola dan futsal sejak duduk di bangku TK hingga SD.

Baca juga: Urung Taklukkan Eropa, Alasan Pasukan Mongol Pilih Mundur Akhirnya Terungkap

"Bangkit mulai suka belajar silat saat duduk di bangku SMP. Ia tertarik belajar silat setelah melihat dua kakaknya berhasil banyak mendapatkan prestasi dari cabang pencak silat," ungkap Agus.

Saat itu, Bangkit berdalih tidak tertarik silat lantaran ia tidak suka berkelahi. Untuk itu, ia lebih memilih bermain sepak bola. Bahkan saat di SD, Bangkit pernah meraih juara sepak bola.

Setelah tertarik silat, Agus menekankan agar Bangkit bersungguh-sunguh dan disiplin dalam berlatih. Kendati demikian, berat badan Bangkit yang berat membuat kesulitan mencari lawan yang sepadan.

"Bobotnya terlau over sehingga sulit mencari lawan. Tapi saya bersyukur dia tidak patah semangat, tetap latihan. Para pelatihnya yang melihat potensi Bangkit luar biasa tak henti-hentinya memberi motivasi," ungkap Agus.

Berangkatkan haji orangtua

Tentang janji Bangkit setelah mendapatkan bonus akan memberangkatkan haji orangtuanya, Agus bersyukur.

Menurutnya, Bangkit tak lupa kepada orangtua saat sukses. Apalagi, ia dan istrinya sudah memimpikan naik haji dan umrah.

Tak hanya itu, prestasi Bangkit membantu banyak bagi keluarganya. Dari hasil jualan isi air ulang rupanya belum mencukupi untuk membiayai kuliah satu kakaknya.

Untuk membayar kuliah kakak Bangkit, Agus harus menggadaikan sertifikat dan berhutang. Namun setelah Bangkit masuk pelatnas, ia dapat membantu membayar biaya kuliah kakaknya di UNS.

"Saya terharu karena itu," kata Agus sambil menangis tersedu-sedu.