Find Us On Social Media :

Mengaku Tak Punya Senjata Nuklir, Israel Justru Dilaporkan Sembunyikan 300 Senjata Nuklirnya di Bawah Laut

By Afif Khoirul M, Rabu, 29 Agustus 2018 | 09:30 WIB

Intisari-online.com - Secara resmi Israel tidak pernah mengakui memiliki senjata nuklir, namun menurut sebuah penelitian diyakini Israel memilikinya.

Senjata global hulu ledak nuklir saat ini berada pada 16.300, turun hampir 1.000 sejak 2013.

Jumlah senjata operasional saat ini adalah sekitar 4.000, menurut data tahunan yang dirilis oleh Lembaga Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm.

Senjata nuklir global didominasi oleh dua kelas berat, nuklir Amerika Serikat dan Rusia yang secara bersama-sama memiliki lebih dari 90 persen persenjataan nuklir di dunia. 

Baca Juga : Beredar Isu Pembatasan Waktu Pasien Bertemu dengan Dokter, Begini Klarifikasi BPJS Kesehatan

Sedangkan kekuatan terbesar pemilik nuklir saat ini adalah AS, dengan kekuatan nuklir 7.300 hulu ledak, sementara Rusia 8.000.

Secara keseluruhan, sembilan negara diyakini memiliki senjata nuklir adalah AS, Rusia, Inggris, Perancis, Cina, India, Pakistan, Israel, dan Korea Utara.

Menariknya, Israel juga disebut didalamnya meski negara ini tidak pernah mengakui secara resmi memiliki senjara nuklir.

Menurut laporan yang diterbitkan di Swedia, Israel adalah gudang nuklir dengan 80 hulu ledak, namun laporan lain dari Jane's Defence Weekly menyebut Israel memiliki  100 hingga 300 hulu ledak.

Baca Juga : Kondisi Medis Langka Membuat Gadis 11 Tahun Ini Berkeringat Darah

Kapasitas tersebut diyakini sama dengan yang dimiliki oleh militer Inggris saat ini.

Israel adalah satu-satunya kekuatan nuklir di Timur Tengah, program nuklirnya secara bertahap dikembangkan dengan bantuan Perancis, dan itu berpusat di reaktor Dimona di selatan Negev. 

Pada tahun 1986, seorang teknisi dari pabrik Dimona, Mordechai Vanunu, mengungkapkan rinciannya kepada dunia tentang program nuklir negaranya. 

Sebaliknya, Israel juga diyakini secara diam-diam telah mengembangkan sendiri senjata nuklir yang berbasis di lautan, seperti diwartakan National Interest.

Baca Juga : Bunuh Waria yang Ingin Memperkosanya, Remaja Ini Divonis 13 Tahun Penjara

Pada tahun 2000 Angkatan Laut AS mendeteksi peluncuran uji rudal jelajah berbasis kapal selam (SLCM) milik Israel di Samudera Hindia, dengan target mencapai 930 mil.

Senjata ini secara umum diyakini sebagai Turbo Popeye, adaptasi dari rudal jelajah udara yang diluncurkan oleh subsonic dengan hulu ledak nuklir 200 kiloton.

Dugaan lain menyebut senjata ini secara terselubung, disematkan pada kapal selam Dolphin milik Israel yang telah menyerang pelabuhan Suriah, Latakia, dengan rudal jelajah konvensional pada tahun 2013.

Kapal selam ini memiliki ketangkasan berenang lebih cepat, dan mampu berenang di bawah air dengan sangat tenang pada kecepatan rendah selama berminggu-minggu.

Baca Juga : Siap Hadapi Gempuran Pasukan Darat Rusia, Ukraina Siapkan Drone ‘Setan’ Penggendong Peluncur Granat

Namun, bukan berarti senjata ini digunakan untuk melakukan serangan dengan tenang melalui bawah laut, tetapi mereka bisa menggunakannya untuk berpatroli dan pencegahan nuklir jangka panjang.

Meski pun memiliki banyak kelebihan, ada suatu kendala geografis yang mengurangi kepraktisan kekuatan nuklir Israel.

Menurut laporan saat ini hanya ada satu target yang bisa dituju, yaitu Iran, sementara Teheran terletak hampir dalam jangkauan kapal selam Israel sepanjang 930 mil.

Namun, ancaman nuklir yang diluncurkan oleh laut mungkin lebih ditujukan untuk senjata politik daripada ditujukan untuk keefektifan militernya.