Penulis
Intisari-Online.com – Liga Spanyol tinggal menuntaskan lima laga lagi untuk memperoleh jawaranya. Kandidat terkuat saat ini adalah Real Madrid dan Barcelona.
Per hari ini (27 April 2017), keduanya mengumpulkan poin yang sama namun Madrid memiliki satu pertandingan lebih.
(Baca juga: Om Telolet Om Juga Jadi Status Facebook Real Madrid)
Membicarakan Madrid memang membicarakan sebuah pencapaian. Klub terkaya di dunia ini memang penuh dengan prestasi. Pada 28 Mei 2016, misalnya, Real Madrid mencatat sejarah besar, menjadi klub sepakbola pertama di jagat bumi yang merebut gelar jawara Eropa untuk ke-11 kalinya.
Undecima, begitu Madridistas — pendukung Real Madrid - menyebutnya. Gelar ke-11 di perhelatan kompetisi bola antarklub paling bergengsi ini seperti mengukuhkan reputasi gigantik Madrid atawa populer juga dengan sebutan Los Blancos, Si Putih, yang memang gilang-gemilang.
Jauh sebelum Sergio Ramos cs mematrikan La Decima lalu kemudian Undecima, klub paling kaya sedunia ini sebenarnya punya jumlah gelar Liga Champions yang sangat hebat, 9 kali.
(Baca juga: Dengan Uang Kasnya, Apple Bisa Beli 20 Klub Sepak Bola Papan Atas Dunia, Termasuk Real Madrid dan Barcelona)
Dengan perolehan ini saja, sulit sekali disamai oleh klub mana pun dalam satu dekade ke depan karena yang kini paling dekat saja baru punya koleksi 7 gelar yakni raksasa Italia yang sedang megap-megap, AC Milan.
Bahkan klub nomor dua paling kaya dan paling populer setelah El Real, yakni Manchester United, baru mengoleksi 3 gelar Liga Champions sepanjang hidupnya.
Gelar ke-11 Liga Champions, atau dulu bernama Piala Champions, bagi Madrid memang seakan sebuah permata utama dalam mahkota mereka.
“Real” sendiri kurang lebih berarti “kerajaan”, sebuah nama simbolik yang diberikan Raja Alfonso XIII pada 1920.
(Baca juga: Bernilai Rp39,7 Triliun, Real Madrid Jadi Klub Sepakbola Terkaya di Dunia)
Sejak itulah, klub yang saat didirikan pada 1902 bernama Madrid Football Club, resmi bernama Real Madrid dan menyematkan gambar mahkota di atas logo klub.
Klub ini mewakili keangkuhan tradisi penaklukan Spanyol terutama jika dikaitkan dengan sejarah Kerajaan Spanyol, Royaume d’Espagne.
Klub paling kaya dengan nilai bisnis lebih dari 3 miliar euro itu seakan-akan kumpulan pemain dari planet lain. Dengan kekayaannya yang melimpah, klub ini bisa membeli pemain terbaik sedunia dengan harga berapa pun.
Bahkan ada anekdot, kalau di Planet Mars ada kompetisi sepak bola dan pemain terbaiknya boleh dibeli, Real Madrid akan membelinya juga. Itu sebabnya mereka pernah mendapatkan julukan Los Galacticos, sekumpulan pemain dari galaksi yang lain.
Presiden klub selama 35 tahun
Meski begitu, representasi nama besar Real Madrid bukan melulu di pemain yang rata-rata gajinya belasan miliar rupiah per pekan atau prestasi Undecima, atau ratusan piala yang mereka koleksi di kabinetnya, tapi juga stadion kandang mereka yang futuristik, Estadio Santiago Bernabeu.
Dibandingkan dengan stadion-stadion termasyur lainnya, Estadio Bernabeu bukanlah tipikal stadion artistik penuh cita rasa arsitektur seperti Wembley di London, atau Nou Camp milik Barcelona, atau Alianz Arena milik Bayern Muenchen, Old Trafford kandang Manchester United, maupun Estadio da Luz milik Benfica.
Estadio Bernabeu berdiri angkuh, cenderung kaku, dengan garis-garis tegas dan dominasi warna perak yang melambangkan visinya akan masa depan, futuristik.
Secara fisik, Bernabeu lebih menyerupai model stadion baru Juventus di Turin yang dirancang sebagai bagian dari misi masa depan.
Penilaian awam, Bernabeu mungkin kurang berseni arsitektur, namun jelas benar sosoknya yang menjulang di tengah-tengah distrik perkantoran di jantung bisnis Madrid, melambangkan keangkuhannya yang gemilang sebagai klub sepak bola paling sukses di dunia.
Secara tegas, stadion yang kini berkapasitas 75 ribu tempat duduk ini seakan ingin mengatakan, Kami tak perlu bangunan penuh cita rasa seni atau keindahan arsitektur. Kami hanya butuh prestasi megah, sebanyak mungkin piala dan segunung kemasyuran”.
Nama Bernabeu sendiri diambil dari orang terpenting dan paling berjasa mengubah Madrid dari sebuah klub biasa-biasa saja, menjadi raksasa dunia, bukan saja prestasi tapi juga bisnis, Santiago Bernabeu de Yeste (8 Juni 1895– 2 Juni 1978).
Bernabeu adalah kapten dan mesin gol El Real yang juga menjabat presiden klub pada periode 1943-1978.
Berdiri pada 1902, Madrid semula berkandang di lapangan sederhana yang kadang-kadang juga dipakai arena adu banteng di kawasan Moncloa yang disewa dari Ratu Cristina dengan biaya 150 pesetas per tahun, sampai kemudian pindah ke lapangan yang lebih layak dengan tribun di Calle O’Donnell pada 1912.
Setelah dianugerahi gelar kerajaan dengan titel “Real”, dan dengan semakin bertambahnya kelompok-kelompok pendukung yang tergila-gila pada sepakbola, Los Blancos hijrah ke Estadio Charmatin berkapasitan 15 ribu tempat duduk pada 1924.
Inaugurasi stadion ini ditandai dengan kemenangan 3-2 atas Newcastle, tim Inggris yang kala itu sangat kuat di Eropa.
Setelah pensiun sebagai pemain pada 1927, Bernabeu mengabdikan diri sebagai direktur, asisten pelatih dan akhirnya menjadi pelatih kepala.
Bersama Los Blancos, dia memenangi dua gelar nasional secara beruntun pada 1931 dan 1932. Perang Saudara kemudian membuat Spanyol porak-poranda. Bernabeu bahu-membahu ikut berperang mendukung Jenderal Franco.
Selepas perang, Bernabeu kembali ke Estadio Charmatin yang sudah hancur lebur. Kelaparan yang hebat dan udara dingin memaksa para penduduk lokal membongkar tribun kayu untuk digunakan sebagai kayu bakar. Real Madrid menjadi klub sekarat!
Manajemen lama praktis tidak berfungsi. Sebagian dari mereka hilang atau tewas dalam perang. Rak dan lemari hancur, sebagian piala hilang dicuri.
Ironisnya, klub tetangga mereka, Atletico Madrid, menjadi satu-satunya klub di ibu kota yang relatif masih eksis, baik tim maupun manajemennya.
Bernabeu kemudian mengontak sahabat-sahabat lamanya, kebanyakan mantan pemain, para direktur dan anggota klub yang tercerai-berai. Tekadnya satu, membangun kembali Madrid.
Pada 1943, menyusul kerusuhan selepas pertandingan Real Madrid melawan Barcelona, pemerintah mengambil jalan tengah yang drastis dengan meminta presiden kedua klub untuk mengundurkan diri.
Bernabeu kemudian menjadi Presiden Real Madrid, posisi yang kemudian terus dijabatnya sampai dia meninggal dunia pada 1978.
Saat baru menduduki jabatan itu, Bernabeu memanfaatkan koneksinya dengan Jenderal Franco dan mendapatkan dana segar untuk melakukan ekspansi stadion. Bagian yang dibeli Bernabeu dari uang Franco, saat ini dikenal sebagai Avenida del Generalisimo Franco.
Modernisasi total
Stadion baru Charmatin kemudian dibuka pada 1947 dan dengan tambahan tribun tingkat ketiga pada 1954, kapasitas stadion ini melonjak menjadi 120 ribu penonton.
Selain tambahan kapasitas penonton, Bernabeu yang visioner membangun sejumlah fasilitas penunjang demi kenyamanan pendukungnya seperti toilet-toilet modern dan kafetaria.
Pada 1955, ketika anggota klub mempunyai hak untuk memberikan suara terhadap keputusan manajemen, mereka dengan suara bulat menamakan stadion kandang Real Madrid dengan nama Bernabeu.
Bernabeu meninggal dunia pada 1978 ketika Spanyol sedang bersiap menggelar Piala Dunia 1982. Stadion Bernabeu sendiri merupakan salah satu andalan Spanyol untuk perhelatan bola paling agung tersebut.
Kapasitas stadion kemudian dikurangi menjadi 90.000 penonton dengan 25.000 di antaranya dibangun di bawah atap yang baru, sementara 30.000 lainnya mendapatkan kursi baru.
Layar video juga dipasang, dan Bernabeu menjadi stadion pertama di Eropa yang dilengkapi fasilitas ini.
Pada musim 1999-2000, manajemen klub mencanangkan program modernisasi total yang bertajuk “21st Century Leading Project” untuk menjadikan Bernabeu stadion paling modern di Eropa.
Sejumlah layanan jasa kemudian diperkenalkan sebagai bagian dari memberi kemudahan bagi anggota dan penggemar klub, semisal Real Madrid Line, yang merupakan sambungan telepon khusus bagi mereka.
Di bawah kendali presiden klub Florentino Perez, Stadion Bernabeu terus dikembangkan sebagai stadion bintang lima, mengacu kepada standar pelayanan premium ala hotel bintang lima.
Kapastitas stadion dibagi berdasarkan sektor. Tempat duduk paling mahal adalah di zona Anfiteatro Preferencia dan Tribuna Preferensia yang mengapit tribun kehormatan yang berada di persis di belakang dug out pemain.
Bagian ini memang paling ideal untuk menonton sebab relatif paling datar di antara sektor-sektor lainnya di Bernabeu.
Hampir setengah dari kapasitas Stadion Bernabeu berada di tingkat dua dan tiga yang sangat curam. Meski tetap nyaman untuk sudut pandang ke lapangan, mencoba beberapa saat duduk di sektor atas, tingkat dua dan tiga stadion ini memang terasa gamang akibat sudut yang sangat curam.
Ciudad Real Madrid
“21st Century Leading Project” juga mengubah total sektor yang menghadap ke Padre Damian Street dengan menambah 9.300 tempat duduk. Ini menambah sekitar 16.000 tempat duduk yang dipasang pada musim sebelumnya di sektor yang lain.
Perez juga mengembangkan Bernabeu menjadi sarana “365 hari setahun” dengan proyeknya yang diberi tajuk Stadium Infrastructure Masterplan.
Proyek ini bertulang punggung sarana bisnis dan komersial, di antaranya dengan pembangunan empat restoran dan program “Tour of The Bernabeu” yang selalu disesaki peminat serta toko olahraga terbesar di dunia.
Belakangan, Perez memompa dana tak kurang dari 125 juta euro untuk mengembangkan lagi Bernabeu, terutama dalam layanan kepada area media dan VIP dan kini dalam proses menuju kapasitas 80 ribu tempat duduk yang seluruhnya mempunyai akses ke pelayanan modern. Proyek ambisius Perez yang lain dan harus kelar pada 2016 antara lain hotel, gerai komersial, dan tambahan kapasitas parkir mobil.
Proyek abad ke-21 Perez tidak hanya terkonsentrasi di Bernabeu. Perez sadar, Bernabeu adalah ujung tombak bisnis raksasa Real Madrid. Namun klub ini butuh tulang punggung, akademi atau pemusatan latihan modern yang akan menjadi bibit persemaian pemain-pemain terbaik Los Blancos.
Adalah Ciudad Real Madrid di wilayah Valdebebas, sedikit di luar ibu kota, yang merupakan pusat latihan tim paling kaya di dunia ini.
Kompleks latihan ini begitu angker, jauh dari kesan ramah. Berwarna putih pucat, senada dengan tanah terbuka di sekitarnya yang didominasi bukit kapur. Mengapit kompleks bangunan itu, terhampar 13 lapangan hijau dengan permukaan sehalus karpet.
Di setiap lapangan, empat tiang lampu berdiri dengan lengkung yang artistik. Tiang itu menyangga selusin lampu sorot berkekuatan besar untuk menerangi sesi latihan malam. Dari total 13 lapangan itu, terdapat beberapa lapangan berpermukaan sintetik.
Di kompleks seluas total 120 hektar itu, termasuk pula stadion kecil yang diberi tajuk Estadio Alfredo Di Stefano, yang merupakan kandang tim Real Madrid Castilla atau tim cadangan yang secara reguler berkompetisi.