Terus Diancam Pemuda Untuk Segera Memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia, Bung Karno Pilih Serahkan Nyawa

Ade Sulaeman

Penulis

Kalas Soekarno bertaruh nyawanya ketika didesak oleh Wikana untuk sesegera mungkin memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Intisari-Online.com - Pada 6 dan 9 Agustus 1945, Jepang menyerah pada sekutu setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.

Kabar tersebut tidak diketahui oleh masayarakat Indonesia secara luas, kecuali hanya segelintir orang saja.

Lalu, tanggal 9-14 Agustus, Soekarno-Hatta diundang oleh Marsekal Terauchi ke Dalat, Vietnam, mereka diberitahu bahwa "Proses kemerdekaan terserah tuan."

Lalu pada 14 Agustus, Soekarno-Hatta kembali ke Indoensia, waktu itu masyarakat sudah menunggu Soekarno untuk berpidato.

Baca Juga :Fakta Tak Terungkap, Indonesia Hampir Saja Gagal Memproklamasikan Kemerdekaan

Dalam pidato singkatnya Soekarno mengatakan "Kalau dahulu saya berkata, sebelum jagung berbuah Indonesia akan merdeka, sekarang saya dapat memastikan, Indonesia akan merdeka sebelum jagung itu berbunga."

Hal itu seolah mengisyaratkan waktu kemerdekaan Indoensia semakin dekat, beberapa pemuda pun sesegera mungkin berdiskusi dengan soekarno untuk membicarakan kemerdekaan.

Tanggal 14 Agustus 1945, di rumah Hatta sudah ada Sjahrir yang mengabarkan, Jepang sudah berdamai dengan sekutu.

Mereka lalu memutuskan ke Rumah Soekarno untuk menyampaikan hal itu, setibanya di sana Sjahrir menyarankan Bung Karno untuk segera mengumumkan kemerdekaan.

Baca Juga :Jokowi, Soeharto, Habibie, Hingga Soekarno Lahir di Bulan Juni, Ini 5 Keistimewaan Orang yang Lahir di Bulan ini!

Namun, Soekarno menolak dan mengatakan bahwa yang berhak mengumumkan kemerdekaan adalah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Keesokan harinya pada tanggal 15 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, dan Soebardjo pergi ke kantor pemerintahan militer Jepang (Gunseireibu).

Ternyata kantor tersebut kosong, selanjutnya mereka menghubungi Laksamana Maeda, dan memperoleh informasi bahwa memang berita itu disiarkan oleh Sekutu, namun pihak Jepang belum memperoleh intruksi dari Tokyo untuk mengumumkannya.

Mereka meninggalkan kantor Maeda, lalu Hatta mengusulkan kepada Soekarno untuk melakukan rapat PPKI yang diadakan keesokan harinya pada tanggal 16 Agustus.

Baca Juga :Yang Dilakukan Para Pemuda Terhadap Soekarno-Hatta adalah Operasi militer, Bukan Penculikan

Keesokan harinya pada tanggal yang sudah ditentukan, Hatta dan Soebardjo pergi ke rumah Soekarno, di sana para pemuda rupanya sedang mendesak Bung Karno.

Mereka mendesaknya agar segera mengumumkan kemerdekaan, dan salah satu tokoh pemuda waktu itu Wikana bahkan mengancam Bung Karno.

Ia mengatakan "Apabila Bung Karno tidak mengumumkan kemerdekaan malam ini juga, besok akan terjadi pertumpahan darah."

Mendengar kata-kata itu, Soekarno berang, dan seraya berkata sambil menunjuk-nunjuk lehernya.

Baca Juga :Petinggi Uni Soviet: Soekarno Terlalu Suka Berpesta dan Berdansa

"Ini leher saya, dan seretlah saya ke pojok itu, sudahi nyawa saya malam ini juga jangan menunggu sampai besok." dengan nada tegas Soekarno mengatakan itu.

Wikana yang kaget melihat kemarahan Bung Karno berujar "Maksud kami bukan mau membunuh Bung, maksud kami adalah memperiungatkan, apabila kemerdekaan tidak dinyatakan malam ini, besok rakyat akan bertindak dan membunuh orang-orang yang dianggap pro Belanda."

Pertemian tersebut tidak menghasilkan kesepakatan apapun, lalu pada pagi buta saat Hatta sedang sahur ia dijemput Sukarni dan kawan-kawan.

Kata pemuda, siang nanti rakyat akan menyerbu Jakarta, Soekarno dan Hatta lalu dibawa ketempat yang aman untuk memimpin pemerintahan di sana.

Lalu mereka di bawa ke Rengasdeklok oleh para pemuda bersama dengan sang istri Fatmawati dan bayinya Guntur.

*Artikel ini pernah tayang di Majalah Intisari edisi Khusus 70 Kisah Soekarno

Artikel Terkait