Kisah Telur-Telur Paskah

Ade Sulaeman

Penulis

Telur Paskah yang dihias indah

Intisari-Online.com – Kalau Paskah tiba, biasanya di gereja-gereja dan di sekolah-sekolah banyak telur-telur yang dihiasi sangat indah dan lucu. Telur-telur ini, biasanya diletakkan di semak-semak, atau disembunyikan di kebun-kebun, di belahan pohon, di antara batu-batu, pokoknya di tempat-tempat yang sukar dicari orang.

Bila kemudian ketemu, wah, alangkah senangnya bukan?

Apa sebabnya telur-telur itu harus disembunyikan? Dan mengapa telur-telur itu harus dihias begitu indah? Ini ada riwayatnya...

Dahulu, pada abad ke-18, ada seorang pendeta, bangsa Amerika yang bertempat tinggal di Washington. Ia ditugaskan mengabarkan Injil ke suatu daerah, agak jauh dari kota Washington, ke pedalaman Indian. la pun berangkat bersama seluruh keluarganya.

Di daerah pedalaman itu, masih banyak orang Indian yang kasar-kasar tingkah lakunya. Tapi, pendeta dari Washington ini tidak takut. "Aku yakin, kalau Tuhan menyertaiku, tak akan terjadi hal yang tak baik," katanya kepada istri dan anak-anaknya.

Untuk makanan sehari-hari, pendeta selalu mendapat kiriman dari misi Kristen di Washington. Ternyata, lambat laun, kiriman dari misi sering lambat datangnya. Pendeta lalu ikut-ikutan berburu bersama orang-orang Indian. Daging buruannya diawetkan, dibuat dendeng.

Mula-mula ada beberapa suku Indian yang tidak menyukai kedatangan pendeta itu. "Pak Pendeta membawa berita lain," ujar mereka. Pendeta tidak takut. la mendekati kepala suku, dan mulai berkenalan dengannya. Pendeta membawakan manik-manik dan cita berwarna yang dipesannya dari Washington, lalu menukarkannya dengan makanan.

Dua tahun telah berlalu, tiba-tiba Pendeta jatuh sakit. Makanan untuk keluarga pendeta pun makin menipis. Hanya beberapa iris dendeng yang masih tersisa sedikit. Ibu Pendeta sangat sedih. "Besok hari Paskah. Padahal sudah dua tahun kita berada di sini, selalu hanya merayakan Paskah dengan sederhana. Pendeta sakit, lagi," ujarnya.

Tiba-tiba datang anak-anak. "Bu, Bu, kalau di Washington kita berpesta Paskah meriah sekali. Kok di sini tidak pernah, bu?" tanya seorang anak.

"Sabar, Nak, kalian harus menolong ayah kalian. Bukankah ayah kalian sakit, sekarang?" Ujar ibunya lagi. Anak-anak pendeta mengerti, mereka pun pergi tidur.

Keesokan paginya, sebelum anak-anak bangun, Bapak Pendeta dengan Ibu Pendeta berdoa, "Ya Tuhan, berilah anak-anak mengerti, betapa Injil harus diberitakan di desa ini."

Setelah anak-anak bangun, Ibu berkata, "Pagi ini, marilah kita ambil sabit, pacul dan sapu lidi. Kita bersihkan kebun bersama-sama, supaya nanti pada kebaktian Paskah tempat ini betul-betul bersih."

Ketika mereka asyik membersihkan kebun, tiba-tiba terdengar teriakan anak pendeta yang sulung, "Hai lihat, di sini banyak telur, ada seonggok telur," ujarnya gembira.

"Di sini juga ada," seru anak pendeta yang lain. "Lihat tuh, di bawah rumput-rumputan." Mereka berlari-lari kian kemari dan menemukan beberapa onggokan telur lagi, bahkan banyak telur tercecer di mana-mana.

"Yah, apakah mungkin tadi malam ada hujan telur?" tanya si bungsu. "Ah, mana mungkin jatuh dari surga! Pasti pecah semua!" ujar si sulung. "Barangkali tidak jatuh, akan tetapi Tuhan yang meletakkan di sini," sahut ayahnya.

Artikel Terkait