Penulis
Intisari-Online.com -Ambisi Presiden AS Donald Trump untuk menyerang Korea Utara sesungguhnya sudahmemicu Perang Korea yang kedua.
(Baca juga: Siap Hadapi Gempuran AS ke Korea Utara, China Kerahkan 150 Ribu Pasukan ke Perbatasan)
Pernyataan Trump yang terang-terangan akan segera menyerang Korut persis seperti militer AS telahmenggempur Suriah itu efeknya sangat serius.
Secara militer, pernyataan Trumpsebenarnya juga merupakan perintah terhadap kekuatan tempur AS di seluruh dunia untuk siaga.
Pernyataan Trump yang akan melakukan aksi militer ke Korut tanpa atau dengan bantuan China, di sisi lain juga sudah membuat baik militer Korut maupun Korsel dalam kondisi siap menarik picu senjata.
(Baca juga: Gara-gara Pilot Sulit Membedakan Nama Kota, Pesawat Berisi Delegasi Olimpiade Nyasar di Korea Utara)
Pasalnya sampai saat ini antara Korut dan Korsel sejatinya masih dalam keadaan perang.
Perang Korea (1950-1953) yang mengakibatkan tewasnya ratusan ribu personel pasukan dari kedua pihak hanya berakhir dengan gencatan senjata dan bukan perjanjian perdamaian.
Para pemimpin AS terdahulu seperti Presiden Barrack Obama dan George W Bush, untuk menangani Korut yang gencar mengembangkan senjata nuklir selalu menerapkan ‘’politik kesabaran’’.
Tujuannya agar menghentikan Korut dalam program nuklirnya melalui resolusi PBB. Jika AS harus bertindak secara militerpun atas resolusi PBB. Bukan keputusan tunggal seperti dilakukan Trump.
(Baca juga: Modal Nekat Militer Dan Intelijen Korea Utara)
Ambisi Trump untuk menggempur Korut, yang saat ini dikhawatirkan betul oleh Rusia, jelas mencerminkan tindakan tunggal AS.
Apalagi selama ini setiap kali militer AS akan melakukan agresi terhadap suatu negara selalu membentuk pasukan koalisi.
Tindakan Trump itu jelas sangat berisiko karena pada kenyataannya saat berlangsung Perang Korea, baik pasukan Korseldan AS beberapa kali berhasil dipukul mundur oleh pasukan Korut.
Dalam Perang Vietnam (1955-1975), militer AS yang bertempur dengan sekutunya bahkan dikalahkan secara memalukan.
Perang melawan terorisme global yang digelar AS dan Sekutunya di kawasan Irak dan Afghanistan juga belum menunjukkan kemenangan bagi AS.
Ambisi Trump yang sudah gatal menyerang Korut bahkan lebih berisiko jika Korut tidak hanya menyerang daratan AS tapi justru menyerang Korsel.
Serangan Korut atas Korsel ini sulit dicegah karena sudah beberapa kali daratan Korseldiserang oleh meriam altileri Korut.
Baik militer AS maupun Korsel yang selalu siaga ternyata gagal mengantisipasi gempuran artileri itu.
Militer Korut hingga saat ini merasa tak gentar dengan ancaman Trump dan menyatakan siap menyerang AS pula.
Namun jika secara tiba-tiba militer Korut justru menyerang Korsel dengan rudal nuklir atau senjata kimia akibatnya akan sangat mengerikan.