Penulis
Intisari-Online.com - Koordinator Komunitas Earth Hour Denpasar Andri Purba mengungkapkan, Hari Raya Nyepi merupakan tradisi yang benar-benar positif sebagai penyelamatan bumi dan penghematan energi.
Sebab, satu hari itu terjadi reduksi emisi gas karbondioksida (CO2) sebanyak 20 ribu ton.
“Selain itu, pada saat Nyepi di Bali juga terjadi penghematan listrik sebanyak 60 persen, dan jika dirupiahkan mencapai Rp4 Miliar, atau sekitar 290 Megawatt,” papar Andri saat menggelar jumpa pers di Kantor WWF Indonesia Cabang Bali, Jalan Pemuda, Denpasar, Sabtu (18/3/2017) sore.
Bukan hanya itu. Pada saat Nyepi di Bali, lanjut Andri Purba, terjadi penghematan bahan bakar solar sebanyak 500.000 liter atau sebesar Rp3 Miliar.
Untuk lebih memaksimalkan penghematan energi ini, tahun 2017 ini, Komunitas Earth Hour Denpasar kembali mengajak masyarakat Bali khususnya Denpasar, dan Badung untuk memadamkan listrik barang satu jam saja pada 25 Maret 2017 pukul 20.30 hingga 21.30 wita.
(Krisis Energi? Reaktor Nuklir Gabungan yang Siap Beroperasi 2025 Ini Disebut Bisa Jadi Solusi)
Acara tersebut bakal dipusatkan di Kawasan Patung Catur Muka, Denpasar, dan di kawasan Lippo Mall, Kuta, Badung. Mematikan listrik satu jam bisa menghemat listrik hingga 300 MW.
“Dimana dengan mematikan lampu selama satujam, yang diilustrasikan dari sepuluh persen penduduk Jakarta, setara dengan menghemat energy sebanyak 300 megawatt. Ini juga kalau diakumulasikan bisa mengistirahatkan satu pembangkit tenaga listrik yang sama dengan menghidupkan listrik di 900 desa,” kata Andri Purba, Koordinator Komunitas Earth Hour Denpasar, saat menggelar jumpa pers, Sabtu (18/3/2017) di Kantor WWF Indonesia Cabang Bali, di Jalan Pemuda, Denpasar.
Selain itu, manfaat mematikan listrik selama satu jam ini, kata Andri, bisa mengurangi emisi lebih kurang 267 ton karbondioksida. Mengurangi emisi 267 ton karbondioksida itu merupakan daya serap untuk 267 pohon dengan oksigen untuk 534 orang.
(Keren! Bali Ada di Peringkat Pertama dalam Daftar Destinasi Wisata Terbaik di Dunia)
“Jadi manfaatnya sungguh besar. Makanya kami mengajak sebanyak-banyaknya orang, menggugah pemerintah, agar mau membuat regulasi mengenai ini,” harap Andri Purba.
“Shine A Light on Climate Action- From Moment to Movement”, adalah tema yang diusung Earth Hour. Kegiatan ini telah dilakukan sejak sepuluh tahun yang lalu di seluruh dunia, dan sembilan tahun di seluruh Indonesia.
Tujuan gerakan masal ini tiada lain adalah untuk mengubah gaya hidup, mengurangi jejak ekologis, dan emisi gas rumah kaca, serta untuk kelestarian bumi.
Plt CEO WWF-Indonesia Benja Mambai dalam siaran pers yang diterima Tribun Bali berkata bahwa saat ini kondisi alam dan iklim sudah semakin memprihatinkan akibat pemanasan global, pemborosan emisi, dan efek rumah kaca. Itu sebabnya, ia mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk mematikan lampu barang satu jam saja.
“Saya mengajak individu, kelompok, sekolah, pemerintah kota, kantor perusahaan, dan pusat perbelanjaan agar mematikan lampu selama satu jam dari pukul 20.30-21.30 wita pada 25 Maret ini. Ini sebagai symbol kepedulian kepada alam, karena alam dan iklim yang semakin memprihatinkan,” katanya.
Switch Off, juga diselenggarakan serentak di sejumlah Kota di Indonesia pada 25 Maret 2017 ini. Di Denpasar, aksi tersebut bakal diramaikan dengan serangkaian selebrasi di Catur Muka, dan Lippo Mall, Kuta, Badung.
“Selama ini pemerintah di Bali sudah cukup mendukung gerakan ini. Semoga kedepan semakin ditingkatkan. Dan di Bali, memang terbaik soal penghematan energi. Belum ada yang mengalahkan. Karena ada Nyepi,” kata Andri Pura.
(I Wayan Erwin Widyaswara)