Penulis
Intisari-Online.com - "Nama Putri kami, Sedah Mirah Nasution," kata Kahiyang seperti dilansir Tribunstyle.com dari Kompas.com, Jumat (3/8).
Nama cucu perempuan pertama Presiden Joko Widodo akhirnya diumumkan oleh Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution.
Kahiyang menerangkan nama Sedah Mirah berasal dari bahasa Jawa. Sementara nama belakang Nasution diambil dari marga sang suami, Bobby Nasution.
Nama Sedah Mirah Nasution diartikan sebagai anak menawan, soleh, dan dermawan.
BACA JUGA:Ely Sugigi Bisa Raup Puluhan Juta Rupiah dalam Sebulan dari Bisnis Penonton Bayaran, Kok Bisa?
Dalam Budaya Jawa sendiri, kita bisa lho menghitung berat atau tidaknya sebuah nama.
Baik-buruknya nama, menurut perhitungan Jawa (neptu), didasarkan pada susunan aksara Jawa (ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga).
Setiap aksara diasumsikan memiliki nilai berbeda.
Ha, da, pa, ma, masing-masing dinilai 1. Na, ta, dha, ga, nilainya 2. Ca, sa, ja, ba = 3. Ra, wa, ya, tha = 4. Ka, la, nya, nga = 5.
Angka-angka itu kemudian dipakai untuk menghitung nilai total dari nama seseorang yang dijumlahkan dari nilai setiap penggalan suku kata.
Contoh, nilai keseluruhan nama Susanto adalah Su (sa=3) + san (sa=3) + to (ta=2) = 8.
Nilai total dari nama itu selanjutnya diproyeksikan pada lima unsur yang menunjukkan "cocok tidaknya nama", yang meliputi lima unsur, "Sri", "Lungguh", "Gedhong", "Loro", "Pati".
Menghitungnya dimulai dari satu (Sri), dua (Lungguh), tiga (Gedhong), empat (Loro), dan lima (Pati).
Setiap habis kelipatan lima, hitungan kembali dimulai dari angka satu (Sri) sampai lima (Pati), begitu seterusnya.
BACA JUGA:Sambut HUT RI, Polisi Gratiskan Pembuatan SIM Baru, Tapi Ada Syaratnya
Misal, nilai nama Susanto = 8, dihitung mulai dari satu (Sri), dua (Lungguh), tiga (Gedhong), empat (Loro), lima (Pati), enam (Sri), tujuh (Lungguh), delapan (Gedhong).
Jadi, nama Susanto (dengan angka total 8), jatuh pada unsur "Gedhong".
Artinya, kelak si pemilik nama itu akan bergelimangan harta dalam hidupnya.
Menurut tradisi Jawa, unsur "Sri", "Lungguh", dan "Gedhong" dianggap mewakili unsur kecocokan nama.
Sebaliknya kalau jatuh pada unsur "Loro" dan "Pati", nama itu dianggap tidak cocok bagi yang bersangkutan.
Kelima unsur itu masing-masing memiliki arti konotasi yang berbeda.
"Sri" memiliki arti yang positif (bahagia, kemakmuran, keberuntungan, mulia, dan sukses segalanya).
Juga "Lungguh" dan "Gedhong" mengandung arti yang positif, yakni baik dalam kedudukan (jabatan) dan ekonomi (harta), tapi biasanya masih ada kekurangan di sisi lain, seperti sakit, rumah tangga diselilingi cekcok atau kurang harmonis.
Sebaliknya unsur "Loro" dan "Pati" punya konotasi negatif.
BACA JUGA:
Unsur "Loro" menggambarkan hidup tersendat-sendat, sakit-sakitan, kurang mujur, banyak siai, banyak menderita. Unsur "Pati" menyimpan makna umur yang pendek.
Dalam perhitungan nama ala Jawa, huruf hidup (A, I, U, E, 0) yang berdiri sendiri tidak ikut dihitung atau diabaikan (nilainya = nol).
Misalnya, cara perhitungan nama Hariyanto berbeda dengan Ariyanto.
Kalau Hariyanto = Ha (ha = 1) + ri (ra = 4) + yan (ya = 4) + to (ta = 2} - 11 (unsurnya Sri). Ariyanto = A (diabaikan = 0) + ri (ra = 4) + yan (ya = 4) + to (ta = 2) = 10 (unsumya Pati). (KTW)