Find Us On Social Media :

Di Era Baru, Putri-putri Disney Diakui Lebih karena Kemampuan dan Keberaniannya

By Gloria Samantha, Minggu, 19 Maret 2017 | 17:30 WIB

Belle dalam Beauty and the Beast

Intisari-Online.com - Acapkali kita mendengar pertanyaan, "Siapa putri Disney favoritmu?" Dengan ketenaran mendunia, masing-masing putri Disney ini memang disukai tiap-tiap orang, terlebih anak perempuan dan perempuan.

Uniknya dari zaman ke zaman, karakter dan penokohan putri dalam kisah Disney mengalami perubahan. Tak revolusioner, tapi signifikan. Ahli bahasa Carmen Fought dari Pitzer College serta Karen Eisenhauer dari North Carolina State University menganalisis dialog 12 film Disney yang prominen.

(Ingin Beli Smartphone yang Paling Pas Buat Kamu? Simak Panduan Ini)

Ternyata pada film-film awal, 60 persen pujian terhadap tokoh putrinya terkait penampilan alias kecantikannya, bukan kemampuan. Pola ini menyampaikan “pesan tentang apa artinya menjadi anak perempuan atau lelaki,” ungkap Fought.

Ini lebih menyiratkan kepada anak perempuan bahwa nilai diri mereka didasarkan pada penampilan. Dalam film-film yang lebih baru, Disney membalikkan polanya.

Sebagai berikut hasil riset mereka yang membuktikan hal itu.

Pada Era klasik, film-film inovatif mengukuhkan keahlian Disney dalam menghadirkan kisah-kisah dongeng ke layar lebar dengan Putri Salju (1937), Cinderella (1950), Putri Tidur (1959). Persentase total pujian yang diterima berdasarkan kemampuan berada di bawah persentase total pujian yang berhubungan dengan penampilan.

Putri Salju, dalam dialog film tidak mendapat pujian terkait kemampuan atau 0% tapi untuk soal penampilan pujiannya mencapai 83%. Cinderella mendapat pujian terkait kemampuan sebanyak 18%, dan terkait penampilan 36%. Sementara Si Putri Tidur Aurora juga mendapat angka pujian terkait penampilan lebih tinggi (58%) dibandingkan pujian terkait kemampuan (8%).

(Gaun Berwarna Biru Menjadi Warna Favorit Putri Disney, Tahu Kenapa?)

Sejak Era Renaisans, setelah sekian lama absen, perusahaan itu kembali ke genre dengan tokoh lebih beragam dan begitu pun musik lebih banyak. Hasilnya adalah film-film seperti The Little Mermaid (1989), Beauty and the Beast (1991), Aladdin (1992), Pocahontas (1995), dan Mulan (1998).

Pergeseran karakter telah nampak. Persentase total pujian yang diterima berdasarkan kemampuan mulai meningkat, walau rata-rata masih berada di bawah persentase total pujian yang berhubungan dengan penampilan.

Lihat saja, Ariel dalam Little Mermaid mendapat angka pujian terkait penampilan sebanyak 44%, sedangkan pujian terkait kemampuan hanya 28%. Beauty and the Beast mendapat angka pujian terkait penampilan sebanyak 67%, sedangkan pujian terkait kemampuan 17%. Adapun Putri Yasmin dalam Aladdin menuai pujian terkait penampilan sebanyak 46%, sedangkan pujian terkait kemampuan 0%.

Namun, Pocahontas mendapat angka pujian terkait penampilan sebanyak 18%, sedangkan pujian terkait kemampuan dua kali lipatnya yaitu 36%. Mulan mendapat angka pujian terkait penampilan sebanyak 25%, sedangkan pujian terkait kemampuan hingga 42%.

Berikutnya, Era Baru, Disney terus mengembangkan diri dan memproduksi sederet film animasi, memanfaatkan popularitas dan keunggulan produksi mereka. Pujian terhadap kemampuan putri cenderung meningkat, sementara yang berdasarkan pada penampilan telah menurun. Dalam film-film seperti Brave (2012), anak-anak perempuan mendapat lebih banyak pengakuan atas keberanian dan kemampuan mereka, alih-alih kecantikan. Sama halnya dengan The Princess and the Frog (2009), Tangled (2010), dan teranyar Frozen (2013).