Find Us On Social Media :

Mengenang Kembali Sutan Sjahrir yang Berjuang di Masa Kolonial Belanda dan Sesudah Kemerdekaan Indonesia

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 2 Agustus 2018 | 22:00 WIB

Intisari-Online.com – Pada tanggal 9 April 1966, Sutan Sjahrir meninggal dunia di Zurich, Swiss. Pada waktu itu rakyat terkejut dan hampir tidak percaya, karena tidak tahu kapan Sjahrir pergi keluar negeri.

Apalagi belakangan rakyat mendengar bahwa kepergiannya dalam pertengahan tahun 1965 itu untuk berobat, sesudah beberapa kali menderita sakit dalam tahanan. Berikut ini tulisan Solichin Salam dalam Majalah Intisari edisi April 1967 untuk Mengenang Kembali Sutan Sjahrir (5 Maret 1909 – 9 April 1966).

Sehingga rakyat menjadi bertanya-tanya adakah yang meninggal di Zurich dalam status tahanan politik itu adalah Sutan Sjahrir, yang dikeual rakyat sejak di masa kolonial Belanda sebagai pejuang kemerdekaan, hingga dibuang ke Boven Digul bertahun-tahun bersama Bung Hatta, kemudian diasingkan ke Banda Neira.

Adakah yang meninggal dunia itu adalah Sjahrir yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Pertama Republik Indonesia dimasa permulaan revolusi fisik dulu? Sutan Sjahrir yang dikenal sebagai perdana menteri yang “sederhana" pakaian dan hidupnya, serta terkenal sebagai negarawan dan diplomat yang ulung.

Baca juga: Gusti Nurul Meninggal Dunia: Soekarno, Sultan Hamengkubuwono IX, hingga Sutan Sjahrir Berlomba Dapatkan Cintanya

Sehingga “senjum”-nya diakui oleh Lord Killearn, sebagai “senyuman diplomat”. Benarkah yang wafat itu adalah Bung Sjahrir yang dahulu memperjuangkan serta membela perjuangan kemerdekaan Indonesia di forum internasional?

Demikian rakyat bertanya-tanya dalam hati sekitar berita kewafatannya.

Kita berpikir dan hampir-hampir tidak percaya, jika benar yang meninggal itu adalah Sutan Sjahrir yang oleh Sarojini Naidu pernah dijuluki sebagai “Atom ie bomb of Indonesia”, lalu apa salahnya? Rakyat ingin tahu.

Kiranya Bung Sjahrir ditahan serta dijebloskan kedalam penjara akibat fitnah dari lawan-lawan politiknya. Sjahrir meringkuk dalam penjara sejak 16 Januari 1962, tanpa  proses serta tidak pernah diajukan kedepan pengadilan.

Baca juga: Des Alwi: Jadi Anak Revolusi Berkat Hatta & Sjahrir

Padahal Negara kita adalah Negara hukum yang berdasarkan Panca Sila, dan bukan negara kekuasaan. Akan tetapi demikianlah prakteknya  di masa rezim orde lama yang terkenal dengan “100 menteri”-nya.

Belakangan ternyata Bung Sjahrir tidak bersalah. Ajaib bukan, Dan untuk mencegah kemarahan rakyat atas penahanannya yang sewenang-wenang itu, diakuinya Sjahrir sebagai Pahlawan Nasional.

Akan tetapi apa hendak dikata nasi sudah menjadi bubur. Dahulu Sjahrir berjuang untuk Indonesia Merdeka, untuk itu Sjahrir rela dan bersedia berkorban. Disamping itu Sjahrir dahulu juga ikut membina dan berjuang untuk Republik Indonesia.