Penulis
Intisari-Online.com – Saat ini, militer AS sedang mempertimbangkan untuk mengurangi jumlah Pasukan Khusus mereka di Afrika.
Hal ini berdasarkan informasi dari tiga pejabat pertahanan mengatakan kepada CNN Kamis (3/8/2018).
Ketiganya memperingatkan para pejabat militer bahwa ancaman teroris di Afrika meningkat.
Pengurangan yang direncanakan dimaksudkan untuk membantu menyelaraskan posisi militer AS dengan strategi pertahanan baru pemerintahan Trump yang lebih berfokus pada pesaing dekat, seperti Rusia dan China.
Baca juga:Meski Cakap Memimpin Militer, Kekaisaran Moctezuma II Hancur Gara-gara 'Dewa yang Menyamar'
Petinggi militer AS di Afrika, yang mengawasi pasukan AS di benua itu, telah menyerahkan kepada Kepala Staf Gabungan sebuah rencana untuk secara signifikan mengurangi jumlah pasukan AS di Afrika.
Dari pihak AS sendiri, Menteri Pertahanan James Mattis belum menyetujui usulan itu.
"Belum ada keputusan atau perubahan yang dibuat terhadap pasukan yang beroperasi di Afrika," kata juru bicara Pentagon, Mayor Sheryll Klinkel, kepada CNN.
"Departemen secara konsisten meninjau rencana, operasi, dan investasi militer di seluruh dunia untuk mengembangkan opsi terbaik yang menangani ancaman yang terus berkembang terhadap kepentingan nasional AS," tambahnya.
Diketahui pasukan Pasukan Khusus AS saat ini beroperasi di sekitar 12 negara Afrika, termasuk Somalia, Niger dan Kamerun.
Tugas mereka di sana adalah memberi saran kepada pasukan militer lokal dan membantu mereka untuk memerangi kelompok-kelompok teroris, di mana teroris merupakan musuh AS.
Baca juga:Sahkan UU Kontroversial, Banyak Perwira Militer Israel yang Mundur
“Para teroris adalah musuh bebuyutan AS. Itulah alasan mengapa kami ada di sini,” komandan operasi khusus AS di Afrika, Mayor Jenderal Marcus Hicks, pada bulan April.
“Kami bisa melawan mereka di sini dan menang. Sementara di tempat lain, kemungkinan biaya operasi akan jauh lebih tinggi.”
Sebelum mereka datang ke Afrika, para komandan militer AS telah diperingatkan mengenai meningkatnya ancaman kelompok-kelompok teroris ke wilayah itu, khususnya di Afrika Barat.
"Ancaman yang dimaksud berasal dari Al-Qaeda dan ISIS di Lembah Danau Chad,” kata Hicks.
Contoh, empat tentara AS tewas dalam serangan di Niger Oktober 2017 lalu dan penasehat AS lainnya tewas di Somalia pada Juni 2018 kemarin.
"Ancaman meningkat pada tingkat yang berbeda dan volume yang berbeda tergantung di mana Anda berada di Afrika," kata seorang pejabat militer AS.
Selain itu, para pasukan AS yang beroperasi di Afrika juga menghadapi kendala sumber daya yang lebih besar daripada di tempat-tempat seperti Irak, Suriah atau Afghanistan.
"Kami sadar akan keterbatasan sumber daya kami," kata Hicks.
Baca juga:Inilah Mimpi Buruk Para Ladyboy Thailand, Diminta Ikut Wajib Militer Bareng Tentara Pria!