Viral Kota Iga Tawarkan Pekerjaan Sebagai Ninja Bergaji Rp1 Miliar, Ini Penjelasan Resmi Pemerintah Jepang

Mentari DP

Penulis

Pemerintah kota Iga, Prefektur Mie, telah melihat banyak artikel berita hoax baru-baru ini yang mengklaim bahwa kota kekurangan ninja.

Intisari-Online.com - Pemerintah kota Iga, Prefektur Mie, telah melihatbanyak artikel berita hoax baru-baru ini.

Di mana berita tersebut mengklaim bahwa kota menghadapi krisis kekurangan ninja dan menawarkan pekerjaan dengan gaji tahunanlebih dari Rp1 miliar.

Karena berita tersebut, pemerinta kotadibanjiri email dari orang-orang dari 13 negara diseluruh dunia.

Kisah-kisah yang menyebar ke seluruh dunia tersebut berawal ketikaNational Public Radio di Amerika Serikat mewawancarai Walikota Iga Sakae Okamoto di gedung kantor kota pada 5 Juli.

Baca juga:Kekurangan Ninja, Jepang Bersedia Membayar Rp1,2 Miliar Bagi Siapapun yang Mau Menjadi Ninja, Ini Tugasnya!

Dalam wawancara tersebut, walikota Okamoto mengenakan kostum ninja dan berbicara tentang strategi promosi pariwisata kota, yang mengambil keuntungan dari warisan sekolah ninja Iga.

Walikota Okamoto tidak menyebutkan pendapatan tahunan aktor ninja atau perekrutan ninja selama wawancara.

Namun ketika NPRmenyiarkan segmen berdasarkan wawancara pada pertengahan Juli 2018, terjadi keributan.

Sebab seorang reporter NPR mengatakan bahwa beberapa orang ingin menjadi ninja, bahkan untuk gaji tahunan sebesarRp1,2 miliar.

Baca juga:Kantor Imigrasi, 'Neraka' bagi para WNA 'Bermasalah' yang akan Mengunjungi Malaysia

Situs internet kemudian menyebarluaskan berita.

Kota itu mengirim email ke Pusat Pers Asing Jepang di Tokyo, yang membantu mengatur wawancara, tentang di mana klaim itu berasal.

Menurut jaringan radio AS, informasi tentang kekurangan pemain ninja dan pendapatan tahunan mereka berasal dari Museum Ninja Igaryu di kota dan Pusat Penelitian Ninja Internasional Universitas Mie, bukan dari walikota.

Namun, museum mengatakan rombongan Ashura yang menempatkan acara ninja di museum tidak kekurangan staf karena banyak orang muda telah berlatih untuk tampil sebagai ninja.

Universitas Mie juga membantah laporan itu, mengatakan itu menjelaskan pendapatan ninja selama periode Edo (1603-1867) tetapi tidak membahas gaji tahunan pemain ninja saat ini.

Kota ini tidak puas dengan respons NPR dan bermaksud untuk meminta penjelasan lebih lanjut tentang insiden itu.

Walikota Okamoto pun mengadakan konferensi pers dan mengatakan bahwa berita tersebut salah alias hoax.

"Untungnya, kami tidak dirugikan oleh insiden itu,"kata seorang pejabat kota yang bertanggung jawab atas promosi pariwisata.

"Kami menyambut baik publisitas sampai batas tertentu."

"Namun, ini masalah serius jika orang-orang menganggap serius berita hoax."

"Kami akan menyelidiki sepenuhnya mengapa laporan itu begitu salah informasi," kata pejabat itu.(Intisari-Online.com/Adrie P. Saputra)

Baca juga:Perjalanan Haji pada 1800-an: Enam Bulan di Bawah Ancaman Kelaparan, Badai, Perompak, dan Wabah Penyakit

Artikel Terkait