Find Us On Social Media :

Hidup Ala La Sape, Rela Tak Makan dan Berutang Demi Pakai Baju Merek Ternama

By Masrurroh Ummu Kulsum, Rabu, 1 Agustus 2018 | 10:00 WIB

Intisari-Online.com - Republik Demokratik Kongo bukanlah negara maju yang kaya dan masyarakatnya hidup mewah bergelimang harta.

Negara ini penuh dengan sejarah kemiskinan, penyakit, kekurangan gizi dan konflik berat sepanjang tahun 1990-an, yang telah merenggut ribuan nyawa warga sipil.

Namun, di tengah kekacauan Kongo, para pesolek yang mengaku diri dari sub-Sahara Afrika, menjalani kehidupan yang kontras dengan lingkungan mereka.

Panggil orang-orang ini Sapeur, diambil dari bahasa Prancis modern yang berarti "berpakaian dengan kelas."

BACA JUGA:Lima Hari Tinggal Bersama Kakeknya yang Telah Mati, Bocah ini Mengandalkan Air Keran untuk Hidup

Sapeur juga merupakan akronim dari kelompok sosial mereka: La Société des Ambianceurs et des Personnes Élégantes (Masyarakat Ambianceur dan Orang Elegan).

Mereka juga dikenal sebagai komunitas La Sape, kumpulan orang-orang pencinta fashion.

Penampilan mereka sangat khas, mengenakan pakaian-pakaian bermerek dan mahal. Meski begitu mereka bukanlah orang kaya.

Sapeur adalah orang-orang yang tinggal di Brazzaville, kota besar Kongo. Pekerjaan mereka umumnya adalah supir taksi, petani, dan tukang kayu.

Meskipun hidup yang Sapeur jalani tampak mengensankan pada pandangan pertama, ini bukan tanpa sisi gelap.

Sementara sebagian besar orang menghasilkan cukup uang untuk makan adalah prioritas, bagi Sapeur, mendapatkan cukup uang untuk membeli topi dari desainer Perancis atau Italia serta pakaian merek ternama dalah yang utama.

Kemiskinan ekstrim di Kota tempat tinggal kumuh Sapeur menyebabkan kekhawatiran, fashion telah menguasai kebutuhan dasar manusia.

Lebih jauh, Sapeur justru membanggakan kemampuan mereka untuk dapat mencuci, serta tetap bersih dan higenis, ditengah negara yang persediaan airnya terbatas.