Penulis
Intisari-Online.com- Mungkin sebagian dari kita pernah ada yang membayangkan, apakah alam semesta bisa hancur, apa yang membuatnya hancur, atau bagaimana wujud terakhir dari alam semesta sebelum berakhir?
Hal serupa pun dipikirkan oleh para ahli, termasuk dua astrofsikawan yang memprediksi kiamat akan terjadi dengan cara yang sama seperti saat alam semesta terbentuk, yakni dengan ledakan.
Meski potensi kematian alam semesta masih 30 sampai 40 miliar tahun lagi, keduanya telah membuat model skenario alam semesta kiamat dalam sebuah studi yang terbit Rabu (25/7/2018) di jurnal Physical Review D.
Ahli yang terlibat dalam studi ini adalah Sergey Odintsov dan Vasilis Oikonomou.
Baca Juga:Tank Boat Antasena Buatan Indonesia Dilirik Rusia, Seperti Apa sih Kehebatannya?
Mereka membuat model singularitas, sebuah lokasi di semesta yang memiliki kerapatan materi terbatas juga tidak memiliki konsep ruang dan waktu.
Dari sini, mereka menemukan alam semesta akan berakhir dengan munculnya Bing Bang lainnya suatu hari nanti.
Namun, mereka tidak mengetahui apa yang akan terjadi di luar singularitas.
Sebagai gantinya, mereka memprediksi sebelum semesta benar-benar berakhir, kehidupan sudah berakhir jauh sebelum hal itu terjadi.
Baca Juga:Tembus 12.000 Meter Perut Bumi, Inilah Lubang Terdalam di Dunia yang Lebih Dalam dari Palung Mariana
"30 hingga 60 juta tahun sebelumnya, tarikan gravitasi dari singularitas akan mengubah materi apapun menjadi plasma atau gas yang terionisasi dan kehilangan elektron-elektronnya, kemudian (materi) menghilang," tulis para ahli dalam jurnalnya dilansir Newsweek, Kamis (26/7/2018).
"Tapi mungkin juga semesta akan terus tumbuh tanpa batas jika tidak terjadi singularitas. Semuanya tergantung pada teori gravitasi alternatif yang jarang didukung dalam model," imbuh penulis.
Sementara itu, para ilmuwan telah mengungkap bencana universal sejak penemuan Big Bang.
Odintsov sebelumnya mengeksplorasi teori Big Rip, di mana alam semesta berkembang dengan tingkat yang dipercepat dan akhirnya akan membuat semesta rusak dan menghancurkan semuanya.
Baca Juga:Diam-diam Oppo Telah Menjual Ponsel Canggih Mirip iPhone X dengan Harga Murah di Indonesia
Pada Maret lalu, sebuah tim peneliti Harvard mengemukakan bahwa alam semesta akan meletus dan meledak, terkait dnegan medan tiga dimensi tituler di ruang angkasa yang memberi massa untuk benda-benda langit.
Tim Harvard memperkirakan alam semesta punah dalam sekian triliunan tahun lagi.
Dalam teori mereka, tim ini memperkirakan adanya lubang hitam supermasif yang bersembunyi dan dapat mengganggu medan Higgs serta sistem ruang dan waktu.
Ada juga kemungkinan, alam semesta akan terus berkembang, namun tiba-tiba menyusut karena materi menurun seiring waktu dan gravitasi menarik benda-benda langit ke dalam fenomena yang disebut Big Crunch.
Baca Juga:Viral Tawaran Internet Gratis 20 Gb, Begini Penjelasan Resmi Operator
Selain itu, ada prediksi alam semesta akan punah karena pembekuan raksasa.
Di mana panas alam semesta akan terdistribusi secara merata sehingga tidak ada ruang bagi energi yang dapat digunakan untuk pembentukan bintang.
Kematian bintang-bintang tua dan ketiadaan bintang-bintang baru akan membuat alam semesta menjadi dingin dan mati.
"Ternyata kita ada di antara alam semesta yang stabil dan alam semesta yang tidak stabil. Kita semacam ada di alas semesta yang bertahan untuk waktu lama, tapi pada akhirnya alam semesta akan mati," ujar fisikawan teoritis Joseph Lykken pada New York Post.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Begini Prediksi Para Ahli Bila Kiamat Terjadi?"
Baca Juga:Pembantaian Orang Majus, di Mana Mereka Lambaikan Kepala yang Terpenggal di Depan Kerumunan