Untuk Para Orangtua, Inilah Tanda-tandanya Jika Anak Anda Bermain Skip Challenge

Moh Habib Asyhad

Penulis

Skip challenge bisa menyebabkan cacat

Intisari-Online.com -Permain skip challenge telah menjadi momok yang menakutkan bagi para orangtua. Jika tidak sigap, bisa-bisa terjadi sesuatu yang tak diinginkan dengan buah hati mereka.

Yang perlu bagi orangtua, pertama-tama harus tahu, permainan apa ini? Kapan si anak berkomunikasi dengan tema-temannya merencanakan permainan ini? Di mana mereka bisa melakukan permainan ini?

(Masih Mau Mengulangi Kesalahan David Nuno yang Tewas Gara-gara Memainkan Skip Challenge?)

Orangtua juga mesti tahu apa tanda-tanda si kecil telah memainkan permainan berbahaya ini. Dengan mengetahui tanda-tanda ini, paling tidak kita bisa membantu anak-anak itu perlahan meninggalkannya. Mengetahui tanda-tanda juga memudahkan orangtua mengidentifikasi, apa yang anak-anak lakukan di belakang pengawasan ayah-ibunya.

Penting juga bagi orangtua untuk tahu, apa motif anak-anak ini melakukan permainan ini.

Skip challenge atau pass out challenge adalah sebuah permaian yang tujuannya untuk mendapatkan sensasi “terbang” untuk sementara. Caranya bermacam-macam, mulai dari menekan dada kuat-kuat, hingga yang lebih ekstrem, mengikatkan tali di leher.

Nah ini yang penting: mengetahui tanda-tanda si anak telah memainkan permainan ini

  1. Memar
Beberapa indikasi yang bisa menunjukkan bahwa si anak telah memainkan permainan ini adalah adanya memar di leher dan bagian tubuh lainnya. Memar ini bisa disebabkan karena terjatuh ketika pingsan, bisa juga karena memukul-mukul benda, bisa juga saat muncul sensasi seperti tercekik.

Memar yang berasal dari sensasi tercekik biasanya sulit dijelaskan. Yang jelas, mereka yang gemar memainkan permainan ini akan berusaha sekuat tenaga menutupi lehernya sehingga orang lain tidak tahu jika ada memar di sana.

  1. Sakit kepala
Penyuka permainan ini biasanya akan mengalami sakit kepala hingga beberapa hari setelah kejadian. Sakit kepala ini biasanya akan berdampak pada penglihatan.

  1. Mata merah
Mereka yang biasa melakukan ini akan memiliki warna mata yang lebih merah dibanding biasanya. Mata itu terlihat lebih lelah dan terlihat agak ranum.

  1. Disorientasi
Pelakuk permainan ini tampak tidak menyadari kondisi sekitar. Mereka mungkin bingung, sedang di mana mereka atau siapa dirinya. Mereka juga berpotensi memiliki masalah orientasi spasial tak lama setelah melakukan permainan tersebut.

Skip challenge

Mengapa anak-anak melakukan ini?

Sebagian besar mungkin akan menjawab: ikut-ikutan temannya yang lain. Tapi tidak sekadar itu.

Beberapa studi menemukan, salah satu alasan kenapa anak melakukan permainan ini untuk mendapatkan efek “terbang” tanpa harus menggunakan obat terlarang.

Beberapa yang lain melakukan permainan ini sebagai sarana untuk menunjukkan emosi. Dengan permainan ini, mereka berharap bisa membuatnya lebih berani. Bisa juga sebagai pelarian dari realitas yang mereka hadapi.

Lebih dari itu, permainan ini juga kerap dilakukan untuk menyingkirkan stres dan masalah lain yang mereka hadapi ketika berada di rumah atau sekolah atau kelompok sosial lainnya.

Efek jangka panjang skip challenge bisa menyebabkan cacat

Permainan ini, jika dilakukan terus-menerus, bisa menyebabkan gangguan otak bernama Hypoxic-Anoxic Brain Injury (HABI) atau Hypoxcix-Anoxic Injury (HAI). Ini terjadi ketika oksigen, yang sangat dibutuhkan oleh otak, terhalangi sampai ke otak. Terhalangnya oksigen inilah yang menyebabkan sensasi “terbang” itu.

HABI atau HAI bisa membuat seseorang menderita cacat jangka panjang baik secara mental dan fisik.

Pertanyaan lain, apa yang membuat permainan skip challenge ini bisa menyebabkan “terbang” untuk sementara? Suasana “terbang” ini disebabkan oleh gangguan neurotransmiter yang berperan dalam mengontrol suasana hati.

(Jangan Coba Ikut-ikutan Skip Challenge Jika Tidak Ingin Punya Masalah dengan Otak Anda)

Serotonin, dopmain, dan norepinefrin; tiga neurotransmiter ini secara khusus bertanggung jawab untuk mengontrol suasana hati. Ketika aliran oksigen ke otak terganggu yang bisa menyebabkan seseorang pingsan, neurotransmiter akan mencoba mengkompensasi gangguan, lalu menciptakan sensasi “terbang” dan euforia sesaat.

Seperti disebut sebelumnya, dampak jangka panjang permainan ini bisa bermacam-macam. Dari sekadar pingsan hingga kematian sel di otak—akibat berkurangnya asupan oksigen—higga kematian si pemain permainan ini. permainan ini juga bisa menyebabkan gangguang fungsi motorik, gangguan penglihata, gangguan berbicara, dan pasti gangguan fungsi otak.

Jadi, bagi para orangtua, segera kenali tanda-tanda anak Anda telah memainkan peranan konyol lagi berbahaya ini. paling tidak, ini bisa membantu Anda menyelamatkan mereka dari hal-hal yang tak diinginkan di masa yang akan datang.

(Disarikan dari artikel berjudul The Real Story About The "Pass Out Challenge" yang tayang di Nobullying.com)