Find Us On Social Media :

Misteri Stasiun Lampegan dan Skandal Ronggeng Nyi Sadea

By Moh Habib Asyhad, Rabu, 8 Maret 2017 | 14:00 WIB

Stasiun Lempugan Cianjur yang penuh dengan aroma mistis

Intisari-Online.com - Lampegan menjadi saksi bisu perkembangan kereta api di Jawa. Di atas tanahnya bertaut antara legenda dan cerita nyata, termasuk kisah skandal ronggeng Nyi Sadea yang mati secara misterius.

---

Pagi yang cerah di Stasiun Lampegan, Cianjur. Zaenuddin, 47 tahun, termenung di sebuah bangku kayu yang hampir reyot. Keningnya berkerut. Tatapannya seolah ingin menembus layar laptop milik Heni Johari yang tengah menampilkan foto tua Stasiun Lampegan dalam warna hitam putih tersebut.

Sementara itu, di sisi kanan-kirinya, beberapa anak muda ikut melongo dalam tatapan yang agak kurang percaya.

Enyaan euy, teu nyangka urang bisa ningali foto Lampegan ratusan tahun katukang (Benar-benar, saya tidak menyangka bisa melihat foto Lampegan ratusan tahun yang lalu),” ujarnya dalam dialek Cianjur yang kental.

Zaenuddin pantas merasa takjub. Foto yang tengah ia lihat adalah hasil jepretan seorang fotografer Belanda pada 1895. Foto itu ditemukan Hendi secara tak sengaja kala tengah mencari data-data tentang Batavia abad ke-19 di situs KITLV—sebuah institusi milik Kerajaan Belanda yang mengurusi bahasa, budaya, dan sejarah Hindia-Belanda—pada 2006 lalu.

Sebagai orang yang merasa tertarik dengan sejarah, sejak itu Hendi bercita-cita merekontruksi foto tersebut. Sebuah cita-cita yang akhirnya bisa terwujud. Bersama Rahmat Safari dan Helmy Adam, hampir dua jam lamanya mereka mengubek-ubek kawasan Stasiun Lampegan, coba mencari posisi yang tepat sesuai saat sang fotografer mengambil gambar tersebut 114 tahun yang lalu.

Akhirnya mereka menemukan tempat yang dianggap paling mungkin dari posisi sang pengambil gambar itu. Yakni sebuah rumah tua zaman Belanda yang letaknya persis di depan Stasiun Lampegan. “Ya, kalau pun enggak persis, agaka mendekatilah,” ujar Rahmat.

Secara historis, Stasiun Lampegan dibuat sekitar tahun 1879. Angka itu mengacu pada tahun awal pembuatan terowongan Lampegan, sebuah terowongan berpanjang 415 m yang dibuat dengan meledakkan bagian tengah badan Gunung Kancana yang menaungi kawasan tersebut.

Pembangunan terowongan selesai pada 1882 sebagai penghubung jalur kereta api Sukabumi-Cianjur-Bandung. Peresmiannya dilakukan pejabat Belanda dan menak-menak lokal. Untuk memeriahkan peresmian tersebut, pada malam harinya pihak jawatan kereta api Hindia Belanda tak lupa mengundang Nyi Sadea, seorang ronggeng yang terkenal di daerah tersebut. Malang bagi Nyi Sadea, usai meronggeng, seseorang mengajaknya pergi dan sejak itu tak pernah kembali.

“Entah dibunuh atau diapain, orang-orang enggak tahu,” kata Zaenuddin yang mengaku dapat cerita tersebut dari sang kakek.

Raibnya Nyi Sadea memunculkan rumor beraroma mistis di kalangan masyarakat sekitar. Sebagaian masyarakat di sana yakin, perempuan cantik itu telah dijadikan tumbal pembangunan terowongan Stasiun Lampegan. Konon tubuhnya ditanamdi salah satu dinding beton di sebelah dalam terowongan.