Penulis
Intisari-Online.com - Para peneliti mengembangkan sebuah tes untuk mengukur jumlah urine dalam kolam renang. Mereka mengambil 250 sampel dari 31 kolam renang dan pemandian air panas.
(Meski menjijikkan, sudah ada bukti empiris tentang manfaat minum air kencing.)
Hasilnya, pada kolam renang berkapasitas 830 ribu liter air (sekitar sepertiga ukuran kolam renang Olimpiade) mengandung 75 liter urine. Sedangkan pada kolam yang lebih kecil ada 30 liter urine.
Manusia tanpa sadar atau tidak “mengotori” kolam renang dengan beragam bahan kimia melalui cairan yang keluar dari tubuhnya. Itulah mengapa kolam renang perlu kaporit untuk membunuh kuman dan bakteri yang berada di kolam renang.
(Benarkah penyakit menular seksual bisa ditularkan di kolam renang?)
Perlunya mengontrol kualitas air kolam renang itu sejalan dengan tersebarnya berita soal perubahan warna air pada kolam renang Olimpiade Rio tahun 2016.
Meskipun urine itu sendiri steril, kehadirannya di kolam renang umum menjadi perhatian karena urine bisa bercampur dengan bahan kimia kolam renang dan membahayakan kesehatan perenang.
Para peneliti mengukur substansi acesulfame-K (ACE), sebuah pemanis buatan yang akan keluar melalui tubuh bersama urine dan menjadi penanda urine.
(Ternyata kencing di kolam renang sangat berbahaya.)
Di beberapa kolam renang dan pemandian air panas, ternyata kandungan ACE-nya 570 kali lipat dibandingkan air keran.
Penelitian itu dipublikasikan di jurnal Environmental Science and Technology Letters.