Penulis
Intisari-Online.com - Keberadaan satwa macan tutul di hutan Merapi seakan masih menjadi misteri. Berbagai usaha, seperti memasang kamera trap tak membuahkan hasil mendeteksi keberadaannya.
(Sarapan Jangan Asal Sarapan, Ada Kriteria Menu yang Mesti Kita Perhatikan)
Pada tahun 2015, petugas Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) secara tidak sengaja melihat langsung satwa dengan nama latin Panthera pardus melas ini masih ada di kawasan hutan Merapi.
"Perjumpaan langsung pernah sekali, tahun 2015 lalu oleh petugas TNGM, di sisi antara Klaten dan Boyolali. Tetapi sayang saat itu tidak sempat difoto," ujar Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Balai TNGM, Iskandar saat ditemui Kompas.com, Senin (27/2/2017).
(Kenapa Macan Tutul Bercorak Totol-totol?)
Lokasi perjumpaan dengan macan tutul tersebut berada di kawasan hutan sisi timur, yang cenderung tidak terdampak erupsi Gunung Merapi. Tepatnya di antara Klaten dan Boyolali.
Dari laporan adanya perjumpaan itu, Balai TNGM mencoba mendeteksi keberadaan macan tutul dengan memasang kamera trap. Hanya saja sampai saat ini kamera trap yang dipasang belum berhasil merekam keberadaan macan tutul.
"Kita pasang 7 kamera trap, Selama setahun terakhir ada empat kali kegiatan tetapi belum berhasil. Mungkin penempatan posisinya belum tepat," ucapnya.
Namun demikian, memang diakuinya saat melakukan penelusuran di kawasan hutan Merapi, petugas beberapa kali menemukan adanya tanda-tanda keberadaan macan tutul. Tanda-tanda itu, seperti cakaran di batang pohon dan jejak macan tutul.
"Selama ini kita hanya menemukan tanda-tandanya saja, cakaran di pohon dan jejak macan tutul. Tetapi memang kita belum punya bukti fotonya," katanya.
Menurut dia, para aktivis satwa dan LSM menyampaikan mengenai keberadaan macan tutul di hutan Merapi. Data itu pasca kejadian erupsi 2010 lalu.
"Kita hanya komunikasi personal saja, dan kita belum melihat datanya, tetapi mereka bilang masih ada dan harus terus dicari untuk perlindungan habitat," kata Iskandar.
Iskandar menyampaikan, permasalahan kepunahan maupun berkurangnya populasi di manapun masalah utamanya paling dominan adalah gangguan manusia. Kerusakan habitat di Jawa khususnya, itu sudah sangat besar. Belum lagi ditambah tren perburuan liar.
"Perburuan misalnya menggunakan senapan angin, kalau didalam kawasan kita masih bisa tangani, tetapi kalau diluar kita tidak bisa," urainya.
Sementara itu, Putu Dhian, Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan, TNGM menambahkan, guna mendeteksi dan memastikan keberadaan macan tutul di Kawasan Hutan Merapi, pihaknya masih akan memasang kamera trap.
"Beberapa bulan sekali, kami tetap akan memasang kamera trap dibeberapa lokasi yang dicurigai tempat aktivitas macan tutul," katanya.
(Wijaya Kusuma)