Orangtuanya Sakit dan Tidak Bisa Bekerja, Bocah 12 Tahun Ini Rela Jadi Pemulung Demi Cari Biaya Sekolah

Mentari DP

Penulis

Bocah yang tinggal di Jalan Sutomo, Kecamatan Limapuluh, Pekanbaru, Riau, ini merupakan murid kelas 5 SDN 87 Pekanbaru.

Intisari-Online.com – Suprianto (12) menggantungkan biaya sekolahnya dengan mencari barang bekas atau pemulung.

Bocah yang tinggal di Jalan Sutomo, Kecamatan Limapuluh, Pekanbaru, Riau, ini merupakan murid kelas 5 SDN 87 Pekanbaru.

Ucok, begitu panggilan sehari-hari, adalah anak dari pasangan Enasokhi (40) dan Enaria (43) ini. Setiap hari ia memungut barang bekas sepulang dari sekolah.

Pada peringatan hari anak nasional (HAN) 2018 ini, Ucok menjadi sosok yang menginspirasi. Karena untuk melanjutkan sekolahnya, ia rela menjadi pemulung.

Baca juga:NASA: Jika Gunung Agung Meletus, Maka Itu Berita Bahagia Bagi Kehidupan Umat Manusia

Jarum jam menunjukkan pukul 20.30 WIB. Namun Ucok masih berada di jalan memikul barang bekas yang ia kais dari rumah warga atau dari tempat keramaian.

Saat ditemui Kompas.com di Jalan Sumatera, Pekanbaru, Senin (23/7/2018), Ucok membawa sebongkah barang bekas yang dimasukkan ke kantong plastik besar.

Beratnya sekitar 3 kilogram. Wajahnya terlihat begitu lelah. Namun ia memiliki semangat yang tinggi untuk melanjutkan sekolahnya.

"Saya cari barang bekas untuk biaya sekolah. Sisanya buat bantu kebutuhan orang tua di rumah," ucap Ucok tertunduk.

Dia mengaku, hasil penjualan barang bekas tak seberapa. Dalam sehari kadang cuma dapat Rp20.000.

"Barang bekas yang saya cari seperti botol Aqua dan Aqua gelas. Sekilo cuma Rp 4.000. Hasilnya tak menentu," katanya.

Dia mengatakan, mencari barang bekas dilakukan dari siang hingga malam. Itu dilakukan setiap hari sepulang sekolah.

"Pulang sekolah setengah satu siang. Istirahat bentar. Jam 2 saya mulai cari kerja cara barang bekas, pulang jam 10 malam. Kadang ada juga sampai jam 1 malam sampai rumah. Sebelum makan dan tidur saya isi PR dulu," kata Ucok.

Baca juga:Cek Tangan Anda Apakah Memiliki Tanda X yang Langka Ini? Inilah Arti Tanda Tersebut

Dia mengaku memulung dari Senin sampai Sabtu. Hari minggu dia libur karena ke gereja untuk beribadah. Menjadi pemulung sudah dilakoninya sejak kelas 3 SD atau terhitung selama dua tahun.

Dia bekerja keras mendapatkan uang untuk biaya sekolahnya, karena kedua orang tuanya saat ini tidak mampu bekerja keras.

"Ayah abis kecelakaan, urat tangannya putus. Ayah kerja serabutan. Sekarang belum bisa kerja. Kalau ibu kerja di laundri. Tapi sekarang baru melahirkan, dioperasi. Kata dokter enam bulan gak bisa kerja," kata Ucok.

Ucok merupakan anak kelima dari enam saudara. Empat perempuan dan tiga laki-laki. Namun hanya dia satu-satunya yang masih sekolah. Sedangkan saudaranya sudah putus sekolah karena tidak ada biaya.

"Gak ada biaya sekolah bang. Cuma saya yang sekolah. Kakak perempuan umurnya 21 tahun kerja di konter Hp (handphone). Yang lainnya bantu-bantu mamak di rumah," tuturnya.

Ucok mengaku tinggal bersama orang tuanya di sebuah rumah kontrakan berdinding papan. "Kontrak rumah Rp500 sebulan, Bang," katanya.

Ucok mengaku tidak gengsi bekerja sebagai pemulung. Baginya pekerjaan seperti ini tidak terlalu berat. "Yang penting dapat uang buat biaya sekolah dan bisa bantu orangtua," ungkapnya.

Dia bertekad melanjutkan pendidikan hingga ke bangku kuliah. "Saya bertekad sampai tamat kuliah," katanya.

Sementara itu, selama ini Ucok mengaku tidak pernah mendapat bantuan di sekolahnya. "Belum pernah dapat, Bang," kata Ucok. (Idon Tanjung)

(Artikel ini telah tayang dikompas.com dengan judul "Kedua Orangtua Sakit, Ucok Rela Jadi Pemulung demi Biaya Sekolah")

Baca juga:Anak Marcella Zalianty Terkena Kanker Otak, Pakai Ponsel 15 Jam Sehari juga Bisa Jadi Pemicu

Artikel Terkait