Kerap Menyerang Generasi Milenial, Ini 5 Tanda Ringan Seseorang Mengalami Delusi atau Halusinasi

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Secara psikologis, orang yang mengalami delusi dan halusinasi disebut psikosis. Seperti apa tanda-tanda kita mengalami itu?

Intisari-online.com -Apa yang Anda pikirkan tentang orang yang mengalami halusinasi atau delusi?

Biasanya kita menggambarkannya sebagai orang yang sering mendengar suara-suara yang tidak nyata atau bersikap berdasarkan apa yang didengarnya dari suara yang tidak nyata itu.

Secara psikologis, orang yang mengalami delusi dan halusinasi disebut psikosis.

Tapi, jangan salah. Mendengar suara mungkin sudah sangat ekstrem.

Baca juga:Dari Halusinasi hingga Paranoid, Inilah 5 Hal yang Dirasakan Penderita Skizofrenia

Karena ada tanda-tanda halus yang sebenarnya mengindikasikan seseorang mengalami psikosis.

Sering tidak disadari sehingga kondisi itu berkembang menjadi delusi dan halusinasi parah.

Memang membutuhkan profesional untuk mendiagnosis seseorang mengalami psikosis atau tidak.

Namun lima tanda ini bisa menjadialarmbagi kita agar psikosis yang mungkin saja kita atau orang yang kita kasihi alami, tidak semakin parah.

1. Suasana hati yang depresi

Depresi bisa menjadi indikator seseorang mengalami psikosis.

Apalagi jika mengalami kombinasi dengan keyakinan yang delusional, salah mempercayai sesuatu, dan sangat pesimis.

2. Kecemasan

Ia merasa gelisah dan tidak nyaman saat sendiri maupun bersama orang lain.

Indikasi semakin kuat jika ia mengalami paranoia terhadap sesuatu.

3. Mudah marah

Seseorang yang mengalami psikosis bisa saja ditandai dengan emosi yang tidak stabil sehingga sangat mudah marah.

Baca juga:Hati-hati, Tumor Otak Punya Gejala yang Mirip dengan Depresi, Wanita Ini Jadi Korban Salah Diagnosis

Apalagi setelah mengonsumsi alkohol. Ketika marah juga tidak sekadar marah ringan, namun amarah yang besar.

4. Gangguan tidur

Psikosis sering disertai dengan kelainan atau gangguan tidur. Ia sangat jarang bisa tidur dengan nyenyak.

5. Hipokondria

Ia merasa curiga, khawatir, dan takut kalau-kalau dirinya sedang terjangkit penyakit tertentu.

Bisa jadi pula ia merasa takut mengalami kejadian buruk yang belum tentu terjadi. (Tika Anggreni Purba)

Baca juga:Mengapa Tentara AS Cenderung Lebih Sering Stres Daripada Tentara Inggris?

Artikel Terkait