Find Us On Social Media :

Veles, Pabrik Berita Hoax di Makedonia yang Berhasil Taklukan Amerika Sekaligus Raup Jutaan Dollar

By Bramantyo Indirawan, Jumat, 17 Februari 2017 | 18:55 WIB

Di Veles, muncul media daring yang membagikan berita palsu tentang AS, terutama pemilu Presiden.

Intisari-Online.com – Di era informatika ini, kita harus bisa menjadi pembaca yang cerdas. Hoax atau berita palsu telah tersebar dimana-mana sehingga  kita harus memilah mana yang benar dan mana yang salah. Akan tetapi jauh di Eropa muncul sebuah kota di jantung Makedonia yang tidak memperdulikan apakah mereka menyebarkan kebohongan dan kesesatan melalui berita.

(Darimana Asal Kata Hoax?)

Alasannya cukup sederhana, yakni meraup keuntungan yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan penghasilan rata-rata warga Veles di angka Rp4,9 juta. Sebut saja Boris (18), artikel pertama yang ia publikasikan adalah berita Donald Trump menampar orang saat berkampanye di North Carolina karena tidak sependapat dengan Presiden baru AS tersebut.

Tentunya hal ini tidak benar-benar terjadi. Boris menemukan artikel tersebut di internet dan menggunakan konten tersebut untuk situs miliknya yang bernama Daily Interesting Things. Ia kemudian membagikannya melalui Facebook dan berhasil diteruskan oleh 800 orang.

(Media Sosial Ladang Subur Bagi Hoax, Terutama di Musim Pilkada Seperti Sekarang Ini)

Di bulan pertama yaitu Februari 2016, Boris menghasilkan uang sebesar Rp2 juta melalui Google ads di situsnya. Di waktu yang bersamaan ia meninggalkan sekolahnya dan menekuni dua situs berita yang digawanginya. Hasilnya cukup mengejutkan. Di antara bulan Agustus dan November, ia berhasil mendapatkan total sekitar Rp213 juta!

Pada minggu-minggu akhir pemilu AS, kota Veles mendapatkan sorotan dari Negara Adidaya tersebut karena menjadi “rumah” bagi pendukung Donald Trump. Bagaimana tidak, kota dengan populasi sekitar 57.000 penduduk ini mempunyai sekitar 100 situs yang mendukung Donald Trump.

Berisi banyak berita penyulut sensasi yang tidak diketahui kebenarannya, contohnya adalah kriminalisasi Hillary Clinton hingga Paus dari Vatikan yang memberikan dukungannya pada Trump.

Boris adalah nama samaran, ia menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya. Ia pun tidak sendiri, lanjutkan ke halam berikutnya untuk mengetahui kisah lainnya.