Find Us On Social Media :

Berkat Operasi Penerjunan Malam Hari, Pasukan Kostrad Berhasil Cegah Pembantaian Massal dalam Konflik Timor Timur

By Agustinus Winardi, Sabtu, 21 Juli 2018 | 13:30 WIB

Intisari-Online.com - Pasukan terjun payung (airborne) digembleng agar bisa melaksanakan operasi-operasi militer di daerah terpencil dan bisa dikirim ke sasaran dalam waktu singkat.

Dalam operasi penerjunan agar pasukan payung bisa mendarat di lokasi yang tepat perlu dipandu tim intelijen (pasukan perintis) yang terlebih dahulu tiba di lokasi.

Pasukan perintis yang biasanya merupakan pasukan khusus itu secara senyap bisa berada di lokasi pendaratan setelah sukses melaksanakan operasi penyusupan.

Panduan ke lokasi pendaratan yang disampaikan oleh pasukan perintis bisa berupa kepulan asap warna kuning dari granat asap atau cahaya yang dipantulkan melalui cermin.

Baca juga: Fallschirmjager, Pasukan Payung Paling Tangguh di Dunia yang Terbentuk Secara Tak Sengaja

Cermin sendiri yang merupakan perlengkapan standar pasukan khusus selain bisa untuk memandu pasukan kawan juga bisa difungsikan sebagai alat untuk menciptakan api.

Jika tidak ada panduan pendaratan yang diberikan oleh pasukan perintis, maka operasi penerjunan pasukan akan memakai tanda-tanda alam atau bangunan tertentu yang bisa dilihat dari udara.

Pendaratan dengan cara dipandu benda-denda tertentu secara visual itu akan bekerja secara efektif jika dilakukan saat siang hari dan berudara cerah.

Tapi jika operasi penerjunan pasukan dilaksanakan saat malam hari akan menjadi operasi militer yang sangat berbahaya karena minimnya panduan di darat.

Baca juga: Operasi Seroja: Saat Pasukan Payung TNI Babak Belur Sebelum Berperang karena Salah Mendarat

Selain itu, operasi airborne saat malam hari juga harus dilakukan oleh pasukan payung yang sudah mendapatkan pelatihan terjun saat malam hari.

Panduan bagi pasukan payung yang sedang melaksanakan misi tempur saat malam hari yang paling efektif adalah berupa cahaya yang menyala dengan pola tertentu.

Seperti yang pernah dilaksanakan oleh pasukan Lintas Udara (Linud) Kostrad ketika melancarkan operasi penerjunan dalam konflik di Timor-Timur pada Januari 1976.