Tapi perempuan dengan tinggi 160 cm dan berat 50 kg ini mengakui adanya kelebihan dangdut dibanding jenis musik lain.
"Kalau menyanyikan lagu pop di atas panggung, goyangnya tidak bisa bebas. Tapi kalau dangdut, biar lagu sedih sekalipun, saya masih bisa bergoyang," jelasnya bersemangat.
Menepis kesan negatif
Penggemar bakso yang bertubuh sintal ini, bercita-cita jadi penyanyi sejak kecil. Tak aneh kalau di setiap keramaian Iis selalu mencoba kebolehan vokalnya.
"Setiap ada perayaan tujuhbelasan atau perkawinan di kampung, saya selalu minta diizinkan nyanyi di panggung," kenangnya.
Untuk itu, Iis tidak pernah menerima bayaran. "Asal boleh menyanyi saja, saya sudah senang banget," tambah Iis.
Cita-cita Iis rupanya tak begitu disambut baik oleh ayahnya. "Maunya Papa sih, saya tidak jadi penyanyi," ujar Iis.
Alasan H. Muh. Ma'muri Zen, ayah Iis, penyanyi itu orang yang selalu berada di dunia glamor dan gampang "diajak". Pokoknya, kata Iis, "Di mata Papa, profesi penyanyi itu kesannya Cuma negatif."
Kendati begitu, Iis tetap ngotot. "Saya bilang pada Papa, enggak usah penyanyi, profesi lain pun kalau dikerjakan dengan niat negatif, hasilnya juga negatif. Untunglah, Papa akhirnya mulai sedikit memahami cita-cita saya," papar Iis bersemangat.
Iis pun, akhirnya, tidak dilarang menyanyi, meski tidak didukung seratus persen.
Tawaran datang terus