Mengapa Kita Tak Boleh Minum Teh Bersama Obat

Ade Sulaeman

Penulis

Teh Hitam Kurangi Risiko Diabetes?

Intisari-Online.com – Ada masalah yang muncul ketika seseorang tidak bisa mengatur pola makan dan minum. Masalah itu di antaranya muncul penyakit degeneratif yaitu jantung koroner, kanker, diabetes, dan stroke.

(Wanita Ini Tewas Setelah Berhubungan Seks dengan Kekasihnya yang Baru Saja Minum Obat Pembesar Penis)

Pola makan buruk sering terjadi akibat keterbatasan waktu yang “memaksa” seseorang memilih makanan cepat saji. Masakan jenis ini hampir selalu mengandung lemak, garam, dan gula yang tinggi. Demikian pula dengan minuman. Pola minum yang buruk terjadi tatkala seseorang hampir selalu memilih minuman yang mengandung gula yang tinggi.

Sebetulnya, gula bagaikan buah simalakama. Tidak ada gula, manusia bisa sakit. Tapi mengonsumsinya terlalu banyak, bisa berdampak buruk bagi tubuh. Malah gula memiliki sifat yang lebih bahaya dari obat-obatan terlarang. Gula membuat kita kecanduan. Maka, kita perlu hati-hati dalam mengonsumsi gula.

(Jangan Asal Pilih Sendok ketika si Kecil Hendak Minum Obat)

Ada cara yang lebih bijaksana yang dapat diterapkan saat mengonsumsi minuman. Seperti teh, baik dikonsumsi dalam jumlah yang seimbang, yaitu 2 – 3 cangkir per hari. Dalam mengonsumsi teh perlu dibarengi dengan mengonsumsi air putih. Air putih baik dikonsumsi sekitar dua liter seitap hari. Minumlah sedikit demi sedikit meski kita tidak merasa haus. Manfaatnya untuk memberi kesempatan tubuh menyerap air dari air yang kita minum.

Yang perlu diingat, teh tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan obat (pengencer darah). Minum teh dengan gula tidak masalah. Gula tidak pernah berbahaya kalau dikonsumsi tidak terlalu banyak. Untuk 150 cc air teh cukup tuangkan gula satu sendok teh (kira-kira 4 gram). Saat memesan teh manis di rumah makan, sebaiknya pesanlah teh dengan gula terpisah. Tujuannya agar kita bisa mengontrol banyaknya gula yang akan dituang ke dalam teh.

Bagaimanapun konsumsi gula terbatas bisa membantu seseorang agar terhindar dari penyakit diabetes yang menjadi salah satu faktor risiko timbulnya penyakit jantung koroner. (Birgitta Ajeng)

Artikel Terkait