Find Us On Social Media :

Di Indonesia, Pelancong Profesional Dibagi ke Dalam 4 Tingkatan Ini

By Ade Sulaeman, Minggu, 5 Februari 2017 | 11:31 WIB

Empat Tanda Anda Pelancong yang Cerdas

Intisari-Online.com - Traveling atau melancong kini bukan lagi sekadar hobi. Banyak orang menjadikan traveling sebagai pekerjaan profesional. Namun untuk menjadikan traveling sebagai hobi yang dibayar alias mendatangkan profit, tentu diperlukan usaha.

(Frihamnen, Sauna Mewah nan Unik yang Bisa Digunakan Secara Gratis Oleh Pelancong)

Fotografer sekaligus travel influencer, Barry Kusuma saat dijumpai di acara AEC Media Fam Trip Thailand Connect, Jumat (4/2/2017) mengatakan ada tingkatan yang umumnya dilalui oleh pelancong profesional di Indonesia. Tingkatan tersebut dimulai dari yang paling awal, yakni netizen.

"Netizen itu aktif di media sosial tetapi tidak produksi konten. Biasanya pasti punya Facebook, Instagram, atau media sosial lainnya," kata Barry.

(Empat Tanda Anda Pelancong yang Cerdas)

Setelah netizen, orang yang sudah mulai serius menggarap konten seputar travel dapat disebut buzzer. "Buzzer adalah orang yang sudah mulai punya massa. Biasa kerja sama dengan brand dalam proyek tertentu tetapi tidak terlalu besar," ungkap Barry.

Menurutnya buzzer menjadikan media sosial sebagai media saluran hobi traveling. Umumnya seorang buzzer masih memilki pekerjaan utama.

"Kemudian ada key opinion leader. Orang ini mulai profesional, memiliki massa yang banyak, menghasilkan konten, dan bisa menggiring opini publik," kata Barry.

Tingkatan terakhir adalah brand ambassador, yang menurutnya sudah profesional serta punya massa pengikut dalam jumlah banyak.

"Bisa dibilang brand ambassador adalah selebriti di sosial media dan bidangnya. Biasanya punya kontrak ekslusif dengan merek dengan jangka waktu yang lebih panjang, mereka juga spesifik di bidangnya," ungkap Barry.

Barry sendiri mengatakan tak ada aturan pasti berapakah jumlah follower atau pengikut di media sosial untuk mengetahui tingkatan pelancong profesional tersebut.

Ia meramalkan tahun 2017 akan terjadi persaingan antara pelancong profesional. Salah satunya karena murahnya teknologi mengabadikan foto dan video saat traveling.