Find Us On Social Media :

Tahun 2016 Tercatat Sebagai Tahun Dengan Suhu Terpanas

By Mentari Desiani Pramudita, Kamis, 26 Januari 2017 | 08:00 WIB

Tahun 2016 Tercatat Sebagai Tahun Dengan Suhu Terpanas.

Intisari-Online.com- Tahun 2016 memang sudah lewat. Namun bukan berarti segala hal tentang tahun lalu menjadi tidak berarti. Justru ada banyak hal menarik yang terjadi di tahun lalu. Salah satunya ternyata tahun 2016 merupakan tahun dengan suhu terpanas.

NASA dan National Oceanic and Atmospheric Adminstration (NOAA) telah melakukan analisis terkait suhu di Bumi selama tahun 2016. Analisis ini telah dilakukan setiap tahun. Hasilnya tahun 2016 mematahkan rekor suhu terpanas sebelumnya.

(Kehidupan di Bumi Berusia Jauh Lebih Tua Dibanding Perkiraan Kita Sebelumnya?)

Menurut Gavin Schmidt, direktur NASA Goddard Institute for Space Studies, dari 12 bulan, ada delapan bulan dalam satu satu dimana Bumi mencapai suhu terpanas. Ini untuk pertama kalinya sejak tahun 1880. Sementara di tahun 2015, hanya bulan Juni, Oktober, November, dan Desember, Bumi mencapai suhu panas.

“Tentu kami tidak berharap Bumi menjadi panas. Tapi 2016 memang telah memecahkan rekor,” ungkap gavin.

Dari catatan, rata-rata suhu dipermukaan planet meningkat sekitar 0,99 derajat C atau 1,78 derajat F sejak masuk ke pertengahan abad 20. Perubahan ini dikarenakan emisi karbon dioksida dan efek dari rumah kaca. Untuk tahun 2016, rata-rata 0,07 derajat C atau 0,13 derajat F. Lebih tinggi daripada tahun 2015.

Akibat dari memanasnya suhu Bumi ini juga membuat beberapa kepingan salju menjadi mudah mencair. Dari data, sejak 35 tahun terakhir, inilah suhu terpanas yang membuat salju melebur sejak tahun 2001.

(Jutaan Tahun dari Sekarang Benua-benua di Bumi akan Tergabung Lagi Menjadi Satu)

NASA dan NOAA mengklaim jika panasnya tahun 2016 terkait iklim dan kondisi setiap negara. Di Amerika Serikat, ada 48 kota yang mencapai suhu panas karena berdekatan. Sementara Arktik mengalami tahun terpanas yang pernah terjadi.

Untuk tahun 2017, NASA dan NOAA memprediksi jika suhu masih panas. Hal ini dikarenakan adanya berbagai kerusakaan di planet ini. Sehingga mereka menyarankan pemerintah memerhatikan sumber daya dan mengurangi dampaknya. Setidaknya untuk negara masing-masing dulu.