Find Us On Social Media :

Kerja Sampingan Bukan Satu-satunya Solusi Menambah Penghasilan

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 9 Januari 2017 | 12:31 WIB

Kerja Sampingan untuk Penghasilan Sampingan

Orang yang hendak mengambil kerja sampingan sebelumnya harus membuat kesepakatan dengan dirinya sendiri: apakah kerja sampingan ini hanya sebagai sampingan atau kerja sampingan ini suatu saat akan menjadi pekerjaan utama. Dari situ akan bisa dipetakan langkah apa yag hendak ditempuh nantinya.

Jika kerja sampingan hanya sebagai sampingan, maka fokusnya adalah bagaimana menjaga keseimbangan keuangan keluarga tetap terjaga. Cukup. Tapi jika berencana menjadikan kerja sampingan itu sebagai penghasilan utama kelak, tentu saja diperlukan strategi yang berbeda.

Untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan utama sebagai karyawan dan kerja sampingan, alangkah baiknya membuat skala prioritas. Karna ini menyangkut loyalitas, alangkah baiknya porsi untuk pekerjaan utama adalah 80 persen sementara kerja sampingan 20 persen. Jangan sampai menjadi 50: 50 terlebih porsi kerja sampingan lebih besarr dibanding dengan pekerjaan utama. “Ini soal etika,” ujar Susanta, tegas.

Namun ketika pekerjaan sampingan yang dilakukan sekarang adalah bagian dari rencana masa datang, maka porsi bisa ditambah secara bertahap. Saat hasil dari kerja sampingan sudah setara dengan hasil menjadi karyawan—atau bahkan lebih—pekerjaan utama sebagai karyawan bisa dilepas .

Seperti yang dilakukan Reko, ketika kerja sampingannya sudah bisa menghasilkan setara yang dihasilkan saat menjadi karyawan selama satu bulan, ia pun memutuskan berhenti menjadi karyawan dan fokus dengan bisnisnya. Supaya lebih fair, lanjut Susanta, harus ada kesepakatan dengan bos, supaya tidak ada kesan buruk dari atasan.

Formula kedua adalah fokus kepada karir. Setiap orang sejatinya mempunyai kapasitas untuk menyabang. Yang barang kali sulit dilakukan adalah membagi loyalitas.

Susanta membaca, sudah menjadi rahasia umum, ketika pekerjaan sampingannya sudah mulai membaik, orang akan condong ke sampingannya. Bagi yang berintegritas tinggi—dan loyal terhadap perusahaan—lama-kelamaan akan merasa bersalah karena pekerjaan utamanya terganggung. Ujung-ujungnya juga mengganggu pekerjaa utama.

(Kemampuan Inilah yang Bikin Generasi Y Bisa Sukses Kerja Sampingan)

Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi kecenderungan-kecenderungan tersebut, Susanta sejatinya lebih menyarankan seorang karyawan lebih fokus pada karirnya saja. “Jangan anggap dengan fokus terhadap karir, kita tidak bisa menaikkan penghasilan lebih cepat. Kuncinya loyal!” tegas Susanta.

Melihat dan meniru

Ada satu cara seorang karyawan yang ingin cepat menambah penghasilannya, dalam arti cepat naik karirnya: teknik see and be, melihat lantas meniru. Dalam pelaksanaannya, seorang karyawan bisa melihat pola kerja yang biasa dilakukan oleh atasannya; bahkan dari hal-hal yang kelihatannya sepele, seperti cara menggunakan dasi dan setelan baju, lalu menirunya.

Seorang sales ingin cepat naik menjadi supervisor, misalnya. Tanpa harus menjilat, si sales tersebut bisa meniru pola kerja yang dilakukan oleh supervisornya tersebut: bagaimana cara mengatur tugas, bagaimana menjalin hubungan dengan pelanggan, bagaimana harus menghadapi keluhan dari pelanggan, dsb.

Suatu saat ketika supervisor tersebut berhalangan—atau tiba-tiba keluar dadakan—perusahaan akan menunjuk orang yang “setipe” dengan supervisor tersebut. “Ini seperti nasihat orang dulu, jika ingin membeli mobil BMW, awalilah dengan membeli poster mobil BWM,” ujar pria yang mengawali karir sebagai dokter itu.

Jika ada waktu longgar, jangan segan-segan untuk memanfaatkannya sebaik mungkin. Gunakan waktu tersebut untuk belajar apa-apa yang bisa mendukung karir, dan jangan sungkan-sungkan mengajukan diri kepada perusahaan ketika ada seminar-seminar yang berkaitan dengan peningkatan karier.