Find Us On Social Media :

Disiksa Majikan Lalu Dibuang ke Batam, Beginilah Nasib TKI Asal Ponorogo di Singapura

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 4 Januari 2017 | 12:31 WIB

Berkah dan Masalah TKI dari Arab Saudi

Intisari-Online.com - Disiksa majikan lalu dibuang ke Batam. Begitulah nasib TKI asal Ponorogo di Singapura bernama Fadila Rahmatika. Ia dipukuli, disetrika, sebelum dibuang begitu saja ke kota terbesar di Kepualauan Riau itu.

Fadila berasal dari Dukuh Blimbing, Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Ponorogo. Sudah 10 bulan ia menjadi tenaga kerja wanita di Singapura.

(Maafnya Ditolak, Pembunuh Dua TKI Itu Dihukum Seumur Hidup)

“Untuk kondisi korban saat ini sangat memprihatinkan. Saat ini yang diingat korban hanya kejadian-kejadian saat dia diperlakukan tidak manusiawi selama bekerja di Singapura,” kata Kepala Urusan Pemerintahan Desa Sukorejo, Didik Rusmanto, Rabu (4/1).

Didik, yang tinggal tak jauh dari rumah Fadila, pernah berkunjung ke rumah Fadila beberapa hari lalu bersama kepala desa setempat. Bersama Pak Lurah setempat, ia mencoba memperjuangkan hak dan keadilan Dila—panggilan Fadila—ke Disnaker. Nama Fadila sendiri belum terdaftar di sana.

Setelah ditelusuri akhirnya diketahui bahwa Dila dibantu saudaranya ketika berangkat ke luar negeri dengan diikutkan ke salah satu perusahaan jasa tenaga kerja Surabaya. Selama berada di Singapura, Dila dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga.

Sepuluh bulan kemudian, Dila dikabarkan dibuang ke Batam. Di Batam, Dila ditemukan seorang anggota TNI yang kemudian memulangkannya ke Ponorogo. Menurut Didik, selama bekerja di Singapura, korban sempat pindah kerja satu kali. Namun pekerjaannya tetap sama menjadi pembantu rumah tangga. Di tempat majikan kedua itulah, dia mengalami penyiksaan.

Puncaknya saat Dila kelaparan karena disekap, dia terpaksa memakan roti milik majikannya. Aksinya ketahuan majikannya dan Dila tambah disiksa.

“Menurut pengakuan Dila, dia pernah disekap di kamar mandi. Dila merasa kerja seperti robot saja, 24 jam kerja terus tidak diberi makan. Sekarang, korban diajak komunikasi banyak tidak nyambung. Yang ada hanya ketakutan. Saat dibawa ke rumah sakit saya melihat kaki kiri ada bekas luka katanya bekas disetrika. Selain itu lututnya juga ada bekas luka,” ujar Didik, seperti dilaporkan Kompas.com.

(Berkah dan Masalah TKI dari Arab Saudi)

Dia menyayangkan perusahaan yang memberangkatkan Dila tidak serius membantu korban. Perusahaan hanya memberikan santunan sebesar Rp5 juta tetapi meminta keluarga korban tidak menuntut secara hukum. Menurut Didik, uang sebesar itu jauh dari cukup apalagi setelah melihat kondisi korban.

Lebih dari itu, Didik merasa miris dengan kondisi keluarga korban yang mengandalkan kerja serabutan. Pihak kelurahan pun sudah membuat surat pengaduan ke Camat Sukorejo.