Jejak Kriminal Ramlan Butarbutar Sang Komandan Pembunuhan Pulomas

Ade Sulaeman

Penulis

Salah satu pelaku pembunuhan Pulomas

Intisari-Online.com -Ramlan Butarbutar akhirnya meregang nyawa diberondong timah panas oleh polisi. Ia terpaksa ditembak karena mencoba melawan ketika hendak ditangkap di kontrakannya di Gang Kalong, Bojong, Rawalumbu, Bekasi, Jawa Barat, pada Rabu (28/12).

“Dari hasil analisis CCTV telah disimpulkan bahwa pelaku adalah Ramlan Butarbutar, hal tersebut sesuai dengan keterangan tersangka Philip Napitupulu yang sebelumnya telah diamankan atas kejadian sebelumnya,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono, Rabu.

(Pelaku Pembunuhan Pulomas Tertangkap: Bagaimana Cara Polisi Menyelediki Kasus Kejahatan?)

Sebelum perampokan di Pulomas, Jakarta Timur, yang menewaskan Dodi Trioni si pemilik rumah dan beberapa orang lainnya, Philip, Ramlan, beserta empat orang lainnya masuk daftar pencarian orang atas perampokan di rumah di Jalan Kayu Putih Timur pada 14 September 2016 silam.

Mereka merampas sembilan perhiasan berlian, enam perhiasan emas, dua unit sepeda motor jenis sport dan sejumlah ponsel berbagai merek dengan total kerugian mecapai Rp1 miliar.

Philip yang melarikan diri hingga ke Medan berhasil ditangkap pada 25 Oktober 2016. Adapun sisanya, termasuk Ramlan, menghabiskan uang hasil rampokan dengan bebas.

Ramlan yang dikenal warga Gang Kalong sebagai sopir angkot K 11 trayek Bantargebang-Bekasi ternyata punya daftar panjang kejahatan. Ia disebut rutin keluar masuk penjara sejak 2001. “Dia sudah berapa kali keluar masuk LP dan sudah berapa kali pula kami melakukan penangkapan,” ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Mochamad Iriawan.

Sebelum dua perampokan itu, Ramlan sang kapten juga pernah memimpin perampokan di Depok. Ia disebut terakhir ditangkap polisi pada Agustus 2015. Dia menyekap korbannya yang ada di Griya Telaga Permai, Cilangkap, Tapos, Depok dan menggasak emas 43 gram dan kartu ATM milik pemilik rumah.

“Sekali kami tangkap,” kata Kasat Reskrim Polresta Depok, Kompol Teguh Nugroho.

Teguh mengatakan Ramlan yang dikenal bergerak dengan Geng Medan ini tak segan melumpuhkan korbannya. Modus yang digunakan hampir mirip dengan yang terekam kamera CCTV di Pulomas. Komplotan Ramlan masuk dengan leluasa sebelum menodong dan mengikat atau menyekap orang yang ada di rumah.

Teguh mengungkapkan sebelum tertangkap pada Agustus 2015, Ramlan juga masuk DPO Polresta Depok atas aksi perampokan perhiasaan dan uang di toko material di Cimanggis pada 2015, di rumah artis lawas, Farouq Avero, di Sawangan pada 2014, dan di toko Gas Alam Grosir di Cimanggis pada 2014.

Pada 2014, jejak Ramlan juga terendus di rumah mewah di Cikarang pada 2014, di ruko di Cikarang pada 2014, dan di belakang Terminal Baranangsiang pada 2015. Saat ditangkap pada 2015 lalu, Ramlan sempat mengungkapkan kepada polisi ia juga ditangkap pada 2013, dan sebelumnya mendekam di Lapas Bulak Kapal pada 2008.

Dari beberapa penelusuran juga menunjukkan, Ramlan tak hanya melancarkan aksinya di Jabodetabek. Pada 2010, Ramlan pernah ditangkap Polda Jateng karena merampok di Tegal dan di Surakarta. Pada 2007, dia juga pernah beraksi di Cirebon, Jawa Barat.

Sejak dipecat sebagai sopir taksi pada 2002 silam, ujar Teguh, Ramlan mengajak teman-temannya untuk mencari nafkah dengan merampok. Ramlan yang terkenal dengan langkah pincang akibat sakit ginjal ini akhirnya tewas diberondong timah panas.

Adiknya, R, juga kini dalam penahanan polisi untuk diperiksa keterlibatannya dalam aksi perampokan sadis di Pulomas.

Kita tahu, peristiwa penyekapan sadis di Jalan Pulomas Utara Nomor 66 dilakukan Ramlan bersama Erwin Situmorang, Yus Pane, dan Sinaga dengan menyekap 11 penghuninya sejak Senin sore (26/12) hingga Selasa Pagi (27/12/2016) di kamar mandi berukuran 1,5 x 1,5 meter persegi.

Pemilik rumah, Dodi Trianto (59) tewas bersama anaknya Diona Arika Andra Putri (16) dan Dianita Gemma Dzalfayla (9). Teman Dianita yang sedang menginap, Amelia Callista (10), kedua sopir Dodi, Tasrok (40) dan Yanto, juga tewas dalam penyekapan itu.

Hasil otopsi memastikan mereka meninggal karena kehabisan oksigen. Mereka yang selamat adalah anak Dodi, Zanette Kalila Azaria (13), serta tiga pekerja di rumah Dodi yaitu Santi (22), Fitriani (23), Windy (23), dan Emi (41). (Kompas.com)

Artikel Terkait