Sigajang Laleng Lipa, Cara 'Mematikan' Suku Bugis untuk Menyelesaikan Masalah

Ade Sulaeman

Penulis

Dua orang yang memiliki masalah akan bertarung dalam satu sarung dengan bersenjatakan badik. Korban jiwa nyaris tak terhindarkan dalam ritual ini.

Intisari-online.com - Bagi pemuda Bugis mungkin ritual ini tidaklah asing di telinga merekai.

Konon, pemuda bugis melakukan ritual yang disebut Sigajang Laleng Lipa ini untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Sigajang Laleng Lipa salah satu budaya yang ada di Sulawesi selatan, yang artinya saling tikam menggunakan badik dalam satu sarung.

Badik sendiri adalah senjata tradisional yang merupakan warisan budaya Bugis.

Baca Juga :Ditinggal Suaminya 6 Minggu Setelah Menikah, Akhirnya Wanita Ini Tahu Kebenarannya 70 Tahun Kemudian

Baca Juga :Cek Tangan Anda Apakah Memiliki Tanda X yang Langka Ini? Inilah Arti Tanda Tersebut

Namun, menurut beberapa sumber ritual ini konon banyak terjadi di masa lalu, saat sebuah keluarga merasa harga dirinya terinjak, namun, kedua keluarga merasa benar, maka diselesaikan dengan ritual ini.

Awal kemunculannya, adalah pengaruh masyarakat Bugis yang menjunjung tinggi rasa malu, di mana mereka merasa malu ketika harga diri mereka terinjak-injak.

Bahkan mereka rela mempertaruhkan nyawa demi mempertahankan kehormatan mereka, akhirnya ritual ini tercipta.

Meski terkadang hasil akhir dari pertarungan ini adalah imbang, sama-sama meninggal, atau keduanya sama-sama hidup.

Baca Juga :Mati Suri dalam Tradisi Jawa: Kematian atau 'Sekadar' Ketidaksadaran?

Seiring berjalannya waktu dan kemajuan pendidikan ritual ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat Bugis.

Meski begitu, ritual ini tidak benar-benar ditinggalkan, melainkan dipentaskan kembali dalam sebuah panggung untuk menjaga kelestarian warisa budaya.

Pementasan ini dimulai dengan pementasan tari, dan ritual bakar diri para penari menggunakan obor.

Namun, para penari tetap tersenyum dan tidak tersengat kepanasan, setelah itu barulah kedua pementas beradu dalam sarung untuk melakukan Gajang Laleng Dipa.

Baca Juga :Inilah Kisah Lain dari Dyah Putri Utami, Pengantin Baru yang Tuliskan 'Suamiku Selamat Jalan'

Menurut kepercayaan, ritual ini memiliki makna tersendiri, di mana sarung diartikan sebagai simbol persatuan dan kebersamaan masyarakat Bugis.

Berada dalam sarung berarti menunjukkan, diri merek ada dalam satu tempat dan ikatan yang menyatukan, dalam kata lain ikatan kebersamaan antar manusia.

Meski terkesan brutal dan mengerikan, ritual ini merupakan tradisi dan ciri khas masyarakat Bugis.

Ketika perselisihan tak dapat dihindari karena sebuah perselisihan dan menjunjung harga diri yang harus ditegakkan.

Di saat itulah nyawa tak ada artinya, dan konflik berdarah harus dilakukan dalam ritual bernama Gajang Laleng Dipa.

Hal ini tak lain dan tak bukan adalah untuk menjunjung kemulian dan harga diri Manusia.

Artikel Terkait