Penulis
Intisari-online.com - Bumi Rusia sepertinya selalu memberikan tuah buruk bagi Jerman.
Timnas sepak bola Jerman selaku juara bertahan tersingkir di babak awal Piala Dunia 2018 Rusia.
Momen pahit di ranah Rusia ini seakan mengulang mimpi buruk mereka di Perang Dunia ke-II saat Jerman melancarkan Unternehmen Barbarossa ke Uni Soviet (sekarang Rusia, Red).
Operasi yang menjadi titik tolak kekalahan Jerman di Perang Dunia ke-II melawan Soviet dan Sekutu.
Unternehmen Barbarossa atau Operasi Barbarossa adalah invasi Jerman ke Soviet yang dilaksanakan semasa Perang Dunia II dan dipersiapkan selama satu tahun sejak Musim Semi 1940 hingga Musim Panas 1941.
Nama sandi operasi ini aslinya adalah Operasi Fritz, namun di tengah persiapan, Kanselir Jeman yang juga Pemimpin Nazi, Adolf Hitler, mengubahnya menjadi Operasi Barbarossa.
Nama tersebut dipilih untuk mengenang Kaisar Jerman Friedrich Barbarossa I yang gugur dalam Perang Salib pada abad ke-12.
Langkah Jerman menginvasi Uni Soviet, merupakan ambisi pribadi Hitler yang telah dituangkan dalam bukunya Mein Kampf (Perjuanganku) tahun 1925.
Hitler mengatakan secara gamblang bahwa rakyat Jerman butuh tanah dan ruang untuk hidup, Lebensraum.
Dan hal itu, kata Hitler, dapat diraih dengan menguasai Uni Soviet yang memiliki daratan yang sangat luas serta kekayaan alam termasuk minyak bumi.
Hal ini tidak saja akan menghidupi rakyat Jerman, tapi juga dapat menggerakkan seluruh mesin perang Jerman dan tentaranya.
Hitler mengadopsi teori Lebensraum yang telah dipraktikkan Friedrich Ratzel tahun 1901 dan dijadikan slogan Jerman guna menyatukan wilayah-wilayahnya.
Konsep ini berkembang lebih lanjut melalui Jenderal Karl Haushofer dan Jenderal Friedrich von Bernhardi yang tahun 1912 menyatakan bahwa wilayah Eropa Timur merupakan sumber lahan baru bagi Jerman.
Sebenarnya, upaya Hitler untuk menginvasi Fron Timur ke Uni Soviet mendapat tentangan dari para jenderalnya, khususnya di kalangan Angkatan Darat (Wehrmacht).
Tidak lain karena Jerman masih menghadapi peperangan di Fron Barat, jarak jelajah yang terlampau jauh, serta waktu pelaksanaan yang kurang tepat. Namun, atas kekerasan hati Hitler, toh invasi itu dilaksanakan juga.
Hitler mengerahkan kekuatan sebanyak 150 divisi, 19 di antaranya divisi panser. Jumlah tentara yang dikerahkan mencapai tiga juta orang dan didukung 3.350 tank , 7.184 unit senjata artileri, 2.770 unit pesawat, 600.000 unit kendaraan, serta 625.000 kuda.
Pengerahan kekuatan ini menjadikan Operasi Barbarossa (22 Juni 1941 – 5 Desember 1941) sebagai yang terbesar dalam sejarah.
Blunder Hitler
Mulai dari molornya waktu operasi dari jadwal yang ditentukan, terpecahnya konsentrasi peperangan, hingga pengalihan pasukan tengah yang telah bersiap merebut Kota Moskow untuk bergerak ke selatan.
Hitler membagi grup pasukan daratnya dalam tiga jalur penyerangan. Grup pertama ke utara dipimpin Jenderal Wilhelm von Leeb menuju Leningrad. Grup kedua melalui jalur tengah menuju Smolenks dan Moskow dipimpin Jenderal Fedor von Bock.
Dan Grup ketiga di selatan menuju Kiev, Ukraina dipimpin Jenderal von Rundstedt.
Uni Soviet yang dipimpin Diktator Joseph Stalin, sebenarnya pada kondisi lengah menerima gempuran tak terduga Operasi Barbarossa.
Dari sisi jumlah personel dan alutsista, Uni Soviet memang jauh lebih besar ketimbang Jerman, walaupun sejumlah alutsistanya sudah terbilang tua.
Beberapa kota di Uni Soviet pun berhasil digulung Jerman. Namun, dengan adanya blunder yang dilakukan oleh Hitler sendiri, Tentara Merah berbalik menguasai medan dan berada pada posisi di atas angin.
Datangnya musim dingin yang hebat juga menguntungkan Tentara Uni Soviet yang lebih menguasai medan.
Impian Hitler menguasai Uni Soviet pun terkubur bersamaan dengan membekunya pasukan baja berikut alat-alat tempur yang dibanggakan Sang Fuhrer. (Ditulis oleh Roni Sontani)
BACA JUGA:Ciri-ciri Tahi Lalat Pembawa Berkat