Keramatnya Angka Tiga bagi Masyarakat Jepang

Ade Sulaeman

Penulis

Keramatnya angka tiga bagi masyarakat jepang

Intisari-Online.com -Apakah pasangan agung, Pangeran Naruhito dan Masako Owada, juga mempertimbangkan angka 3 untuk menentukan tanggal pernikahannya?

Tak ada yang tahu. Tapi, bagi orang Jepang, seperti juga pada orang China, angka 3 mempunyai makna keramat, dan penting. Surat Kabar Mainichi mengabarkan pada tanggal 3-3-1991 (bertepatan dengan tahun ke-3 Heisei, tahun pemerintahan Kaisar Hirohito), yang jatuh pada hari Minggu, hampir semua gedung upacara pernikahan di Tokyo dan kota-kota besar lainnya di Jepang sepanjang hari penuh dipakai untuk upacara pernikahan puluhan pasangan pengantin.

(Baca juga: Belajar dari Ketegaran Jepang)

Hari tersebut juga bertepatan dengan Taian, hari pasaran masyarakat Jepang (semacam Legi untuk,masyarakat Jawa) yang dianggap terbaik karena mendatangkan kebahagiaan dan kemujuran. Di samping itu, hari tersebut bersamaan dengan hari Hina Matsuri (Hari Anak Perempuan).

Hampir semua pasangan pengantin tersebut telah memesan tanggal itu sebagai hari pernikahan setahun sebelumnya. Apalagi kalau yang ingin menikah tepat pukul 3.33 sore hari. Sewa ruangan yang hanya dihadiri sekitar 25 orang (selain pengantin), yang biasanya Y. 500.000, ternyata tanggal 3-3-tahun ke-3 Heisei naik 100%.

Biaya tersebut belum lagi untuk pesta (dengan tamu 100 orang), perlengkapan nikah, alat-alat rumah tangga, dsb.

(Baca juga: Antar Pizza Dengan Rusa Kutub Bersama Domino's Jepang. )

Pada tanggal tersebut juga telah lahir bayi perempuan di Kota Tendoshi, Prefektur Yamanashi. Aanak itu itu merupakan anak ke-3 dan pasangan Akatsuka Yoshitomo yang hari ulang tahunnya juga jatuh pada bulan Maret, dengan istrinya Takako. Bayi yang beratnya 3,3 kg itu lahir tanggal 3-3-tahun ke-3 Heisei, pada pukul 3.33 siang, di rumah sakit bersaliri di kamar nomor 3.

Penduduk sekitar tempat tinggalnya memberikan banyak hadiah, karena bayi tersebut dianggap pertanda baik. “Baik juga kalau diberi nama yang arti huruf kanjinya tiga,” kata mereka yang datang menjenguknya.

Artikel ini pernah tayang di Intisari pad Mei 1993, ditulis oleh Bahrun Suwardi

Artikel Terkait