Penulis
Intisari-online.com - Rusia yang secara terang-terangan mengerahkan pasukannya untuk menggempur ISIS di Suriah menyadari betul jika perhelatan Piala Dunia2018 rawan oleh serangan teroris.
Untuk mengantisipasinya sebagai tuan rumah penyelenggara, Rusia telah menyiapkan sistem pengamanan maksimal dengan mengerahkan pasukan-pasukan khusus terbaiknya, terutama Spetsnaz dan tim intelijen serta antiteror intern Federal (FBS).
Latihan khusus berupa simulasi pembebasan sandera telah dilakukan Spetsnaz dengan cara terjun payung dari udara lalu turun di tengah lapangan Kaliningrad dan kemudian menyerbu teroris yang sedang menyandera penonton dalam suatu serangan kilat.
Stadion Kaliningrad yang pada 28 Juni akan menjadi tempat bertandingnya tim bola Inggris dan Belgia telah mendapatkan pengamanan maksimal serta sudah dipasangi kamera CCTV sebanyak 1.200 unit.
Kamera CCTV canggih itu bisa mengecek data secara individual orang-orang yang sedang berada di stadion dan data itu langsung tersambung ke database aparat keamanan dalam hitungan detik.
Oleh karena itu jika kamera CCTV berhasil mengindentifikasi seseorang atau sekelompok orang yang akan melakukan kegiatan terorisme bisa langsung dilibas secepatnya.
Penempatan kamera CCTV canggih di berbagai sudut sehingga semua lokasi sekitar stadion termonitor secara maksimal memang merupakan ujung tombak dalam upaya pengamanan Fiva Worldcup Russia 2018.
Demi mengantisipasi segala kemungkinan semua aparat keamanan yang bertugas di Kaliningrad dan juga stadion lainnya sudah dilatih untuk menghadapi aksi terorisme serta kemampuan menghadapi gangguan keamanan lainnya.
BACA JUGA:Saat Mudik Lebaran, Inilah Cara Mudah Nonton Piala Dunia Lewat Ponsel
Semua aparat keamanan Russa termasuk pasukan Garda Nasional pada prinsipnya tidak hanya bertugas di sekitar stadion saja tapi juga di semua tempat seperti stasiun-stasiun bus dan kereta api, bandara, tempat rekreasi, pusat perbelanjaan dan lainnya.
Intinya dalam perhelatan Fiva Worldcup Russia 2018, aparat keamanan Rusia, terutama pasukan khusus Spetsnaz dan FSB akan bertindak tanpa kompromi untuk menghadapi aksi terorisme.
Apalagi satuan pasukan khusus yang dikenal tegas tapi juga brutal itu tidak pernah mau menggubris masalah HAM setiap melakukan aksi serbuan antiterornya.
Misalnya saja jika Spetsnaz telah melumpuhkan seorang teroris dalam operasi antiteror, ia masih akan menembak kepala teroris yang sudah terkapar itu satu kali.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa teroris bersangkutan benar-benar telah tewas sehingga tidak membahayakan personel Spetsnaz lainnya.
BACA JUGA:Berasal dari 12 Putra Yakub, ke Mana Perginya 10 Suku Israel yang Hilang?