Penulis
Intisari-Online.com -Di sela-sela kunjungannya ke Norwegia, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti diminta memberi kuliah umum di Norwegian Institute of International Affairs (NUPI), Kamis (7/6/2018).
Kuliah umum di pagi hari saat musim panas dimana umumnya orang lebih memilih beraktivitas di luar ruangan karena matahari yang murah hati itu dipenuhi peserta dari berbagai kalangan dan negara.
Sejak pukul 09.00, peserta kuliah umum sudah berdatangan.
Saat Menteri Susi tiba dan rangkaian kuliah umum dilakukan sekitar pukul 09.10, pihak penyelenggara manambah kursi untuk memberi tempat duduk bagi peserta yang berdiri.
Baca juga:Direkam Secara Diam-diam, 17 Foto Eksklusif Ini Ungkap Kondisi Korea Utara yang Sebenarnya
Kuliah umum dibuka oleh Kepala Komunikasi NUPI Asmund Weltzien dengan memaparkan fakta panjangnya garis pantai di Indonesia yang berada di posisi kedua di dunia.
Ada sekitar 100 juta rakyat Indonesia yang hidup di sepanjang garis pantai itu.
Sebelum Menteri Susi menyampaikan kuliah umum, Direktur Kebijakan Kementerian Perikanan Norwegia Gunnar Stolvik tampil dan menggarisbawahi upaya bersama Norwegia dan Indonesia dalam urusan perikanan dan perlawanan terhadap illegal fishing.
Bicara tanpa teks
Menteri Susi kemudian tampil menyampaikan kuliah umum tanpa teks selama sekitar satu jam dengan topik "Three Pillars of Fisheries Resources Management: Sovereignty, Sustanability dan Prosperity."
Seluruh peserta menyimak dengan antusias pemaparan yang dibantu tampilan di layar berisi data dan gambar pendukung. Ada beberapa peserta yang membawa anak balitanya karena tidak ingin kehilangan kesempatan bertemu Menteri Susi.
Menteri Susi memaparkan awal perjalanannya di Kementerian Kelautan dan Perikanan yang tidak mudah.
Baca juga:Inilah Kapal Perang Terbesar Milik Nazi yang Baru Takluk Setelah Dikeroyok
Namun, karena mendapat tugas Presiden Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dan menjadikan laut sebagai masa depan Indonesia, Menteri Susi mencoba mewujudkannya dengan menyelesaikan masalah yang menjadi penghambat.
"Laut Indonesia sangat subur. Namun, karena pencurian ikan, penangkapan ikan tanpa pelaporan dan penangkapan ikan tanpa aturan membuat kesuburan itu hilang," ujar Menteri Susi menyebut Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (IUUF).
Menteri Susi lantas menjelaskan langkahnya membehani pencurian ikan itu dengan menetapkan aturan sesuai undang-undang dengan penenggelaman kapal-kapal ilegal di perairan Indonesia.
Ditentang di dalam
Meskipun mendapat tentangan dari sejumlah pihak bahkan dari beberapa orang di dalam pemerintahan, Kementerian Kelautan dan Perikanan tetap konsisten, tanpa pandang bulu dan tanpa kompromi dalam menegakkan aturan.
Dampaknya cukup terasa dengan peningkatan stok ikan tahun 2015 di angka 6,5 juta ton menjadi 12,5 juta tondi tahun 2016 . "Tahun 2017, minimal angkanya 13 juta ton," ujar Menteri Susi.Perbaikan kondisi dengan penegakan hukum yang terkenal dengan ungkapan "Tenggelamkan" ini membuat para nelayan mudah mendapat ikan. Sejumlah jenis ikan yang beberapa tahun tidak dijumpai nelayan muncul lagi dan ukurannya besar.
Namun, sekali lagi, karena upaya keras Kementerian Kelautan dan Perikanan bersinggungan dan mengganggu kepentingan sejumlah pihak, upaya perbaikan yang terlihat dari data ini kerap diragukan.
Baca juga: Menteri Perikanan Norwegia Klarifikasi Menteri Susi untuk Beberapa Isu
Perlawanan terhadap kebijakan pelarangan kapal-kapal asing beroperasi di perairan Indonesia dan penenggelaman kapal yang melakukan IUUF terus dilakukan pihak-pihak yang terganggu.
Apresiasi dukungan
Untuk itu, Menteri Susi mengapresiasi dukungan berbagai pihak termasuk Uni Eropa dan FAO untuk upaya perlawanan terhadap IUUF ini.
"Di Eropa atau Norwegia, illegal fishing mungkin hanya terkait dengan ikan. Di perairan Indonesia, hal itu bisa sekaligus menjadi pintu masuk bagi kejahatan transnasional," ujar Menteri Susi.
Menteri Susi memberi contoh, beberapa minggu lalu, aparatnya menangkap kapal ikan yang melakukan pelanggaran. Di dalam kapal itu, ditemukan hewan hidup dalam jumlah yang banyak seperti monyet, kakatua, cendrawasih, buaya dan kura-kura.
"Tidak tertutup kemungkinan peredaran obat-obatan terlarang seperti narkoba menggunakan jalur illegal fishing ini. Pasarnya jelas, Indonesia ada sekitar 5 juta pengguna dan pecandu narkoba," ujar Menteri Susi.
Dukungan kepada Menteri Susi diberikan para peserta yang terungkap dalam tanya jawab dengan peserta kiliah umum. Begitu kuliah umum berakhir, sambutan meriah berupa tepuk tangan dan antrean orang menyalami Menteri Susi terjadi.
Selain beberapa pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan, hadir dalam kuliah umum ini Duta Besar Indonesia untuk Norwegia Todung Mulya Lubis.
Todung menyebut, kuliah umum Menteri Susi di NUPI merupakan kulihah umum perdana pejabat Indonesia. Menurut Todung, tidak sembarang orang atau pejabat diminta memberi kuliah umum di NUPI.
Di antara sejumlah peserta dari berbagai negara, tampak hadir Duta Besar Thailand untuk Norwegia. Thailand adalah salah satu negara yang terdampak industri perikanannya karena penegakan hukum di Indonesia khususnya di lautan. (Wisnu Nugroho)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menteri Susi Beri Kuliah Umum Tanpa Teks di Norwegia dan Disambut Meriah".
Baca juga:Direkam Secara Diam-diam, 17 Foto Eksklusif Ini Ungkap Kondisi Korea Utara yang Sebenarnya