Sutan Bhatoegana Meninggal Dunia, Organ Kecil Ini yang Membuatnya Terpuruk

Hery Prasetyo

Penulis

Sutan Bhatoegana.

Intisari-Online.com - Politisi Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana, meninggal dunia pada Sabtu (19/11/2016) pagi. Organ kecil bernama hati (liver) miliknya terkena kanker. Dalam beberapa waktu terakhir, dia berjuang keras melawan kanker hati yang diidapnya. Namun, Tuhan berkehendak lain.

Kabar duka tersebut dibenarkan oleh Juru Bicara Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Akbar Hadi. Kepala Rutan Sukamiskin Bandung, Dedi Handoko, juga membenarkan kabar itu kepada Tempo.co.

"Telah berpulang ke Rahmatullah Bapak Sutan Bhatoegana pada hari ini sekitar pukul 08.00 WIB di Bogor," kata Akbar Hadi saat dikonfirmasi.

Menurut Akbar, Sutan mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit BMC Bogor, Jawa Barat. Sebelum di BMC, Sutan sempat dirawat di RS Hermina Bandung, kemudian dipindahkan ke RS Medistra, Jakarta Selatan, sekitar dua hingga tiga pekan.

Sutan Bhatoegana saat dijenguk rekannya sesama politisi Partai Demokrat, Maz Sopacua.
Anggota Majelis Tinggi DPP Partai Demokrat, Max Sopacua, yang sempat menjenguk Sutan beberapa waktu lalu mengatakan, selain karena kanker hati, secara psikologis, Sutan juga tampak tertekan karena harus menjalani hukuman 12 tahun penjara.

Mantan Ketua Komisi VIII DPR itu terlibat kasus suap terkait pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan Tahun 2013 untuk Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Soal Kanker Hati

Fungsi hati (liver) memang sangat penting. Dan, pada diri Sutan, liver mengalami masalah serius. Itu yang membuatnya berangsur kurus dan akhirnya meninggal dunia.

Organ tubuh berbobot 1,5 – 2,5 kg ini antara lain membentuk zat antibodi dan menetralkan kuman yang masuk via peredaran darah maupun saluran pencernaan. Juga membuat zat albumin yang dibutuhkan obat untuk tiba di organ tujuan.

Selain membentuk lemak, tugasnya yang terpenting adalah memproduksi zat pembeku darah. Zat ini diperlukan untuk menghentikan perdarahan. Masih ada tugas lainnya, yakni menghasilkan zat hormon yang dibutuhkan tubuh, dan juga membantu menetralisasi kadar kolesterol yang masuk ke dalam tubuh.

Sebenarnya hati tidak berdiri sendiri, ia berkaitan dengan saluran empedu, saluran darah balik (vena porta), dan saluran limpa yang mengalirkan cairan-cairan organik tubuh.

Sutan Bhatoegana saat masih dirawat.
Menurut pakar gastro-entero hepatologi, Prof. Dr. H. M. Sjaifoellah Noer, Sp.PD-KGEH, darah masuk ke dalam hati dari jantung lewat pembuluh arteri sebesar 40%, sedangkan dari saluran cerna lewat pembuluh vena porta sebesar 60%. Meski sumber oksigen berasal dari arteri, sumber zat yang akan diolah menjadi zat bermanfaat berasal dari vena porta.

Hati bukan hanya menyaring racun, "Di dalam hati memang ada komponen tertentu, merupakan organ-organ kecil yang masing-masing berfungsi menambah oksigen, menetralisasi racun dari obat, mengaktifkan sel-sel obat, dan lain-lain," ujar dokter lulusan FKUI 26 Juli 1960 ini.

Sumber gangguan terhadap hati ada dua, dari luar dan dalam hati sendiri. Dari luar hati umpamanya karena ada demam, atau infeksi lain seperti demam berdarah, tampek, cacar air, atau demam malaria. Selain kuman, racun juga jadi penyebab. Umpama racun dari obat-obatan yang dipakai tapi tidak cocok. Ada obat tertentu yang tidak bagus untuk hati, antara lain obat anti-TBC. "Bila seseorang terkena demam berdarah, setelah sembuh maka SGOT-SGPT-nya pun akan normal," tambah spesialis penyakit dalam sejak 1966 ini.

Sedangkan dari dalam hati sendiri, disebabkan oleh virus hepatitis. Dalam dunia kedokteran dikenal enam macam virus Hepatitis, yakni Hepatitis A, B,C, D, E, G. Namun masyarakat lebih mengenal virus Hepatitis A, B, dan C. Masing-masing ada bahayanya.

Artikel Terkait