Find Us On Social Media :

Kisah Biksu Muda yang Menyelamatkan Semut

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 17 November 2016 | 20:09 WIB

Rumah semut yang terterpa aliran sungai

Intisari-Online.com – Alkisah, di hutan pegunungan hiduplah seorang biksu tua dan seorang biksu muda. Biksu tua adalah seorang praktisi besar Buddha daharma dan sering mendalami meditasi. Ketika ia mulai meditasi, maka itu akan berlangsung selama setengah hari atau satu hari penuh. Selain itu, selama meditasi itu ia akan tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

Suatu hari, biksu tua itu bermeditasi lagi. Tiba-tiba ia mengetahui bahwa murid kecilnya itu akan meninggal dalam delapan hari. Oleh karena itu biksu tua memanggil biksu muda dan berkata, “Anakku, saya akan memberimu liburan delapan hari ke depan, sehingga kau bisa pulang untuk melihat ayah dan ibumu.”

“Benarkah? Itu sangat baik, terima kasih Guru,” kata Biksu muda. “Saya akhir-akhir ini juga cukup rindu pada mereka.”

“Namun, ingat, Anda harus datang kembali ke sini pada hari ke delapan.”

“Baik, Guru. Silakan mengurus diri sendiri. Saya akan berangkat sekarang.”

“Pulanglah ke rumah sekarang!”

Dengan gembira biksu muda itu turun gunung, tanpa menyadari bahwa di mata biksu tua ada kesedihan dan keengganan untuk melihatnya pergi. Setelah berjalan-jalan, biksu muda itu berhenti di tepi sungai untuk minum karena ia haus. Lalu ia melihat ada sebuah rumah semut dengan tak terhitung jumlah semut yang keluar dan masuk ke rumah semut itu. Ia mengamati untuk sementara waktu dengan hati berbunga. Ketika ia baru saja akan pergi, “Oh, mengapa air sungai meninggi? Oh tidak! Semut itu akan tenggelam!”

Itu karena hujan di hulu selama beberapa hari terus-menerus turun. Karena itu tingkat air di hilir mulai meningkat.

Dengan cepat biksu muda itu melepas kain dan menaruh beberapa tanah keras di dalamnya untuk membuat sebuah dinding perlindungan di sepanjang rumah semut. Tidak hanya itu, ia berhasil menghentikan air yang bisa menutupi rumah semut, tetapi juga terampil mengalihkan aliran air ke tempat lain.

Dengan demikian ia menyelamatkan nyawa semut yang tak terhitung jumlahnya. Delapan hari berlalu dengan cepat. Biksu tua sedang berjalan-jalan di hutan pegunungan dengan sedih. Tiba-tiba dari kejauhan, ia melihat biksu muda kembali ke atas pegunungan dengan riang. Ia meminta biksu muda untuk menceritakan apa yang telah dilakukannya dalam delapan hari saat ia pergi.

Ketika ia merenungkan cerita biksu muda itu, akhirnya ia mengerti bahwa biksu muda itu telah menyelamatkan nyawa semut yang tak terhitung jumlahnya, dan ini menyebabkan takdir hidup delapan hari menjadi hidup lama. Hidup lama dan bahagia adalah kebaikan mengembangkan perbuatan, yang nampaknya tidak signifikan.