Find Us On Social Media :

Pensiunnya Miyabi dan Keunikan Industri Esek-esek Jepang

By Agus Surono, Selasa, 15 November 2016 | 21:29 WIB

Gara-gara perahu berbentuk vagina ini, seniman Jepang ditahan.

Instisari-Online.com - Belum lama beredar kabar pensiunnya Miyabi atau Maria Ozawa. Pensiunnya Miyabi dan keunikan industri esek-esek di Jepang memang unik. Seperti diungkapkan dalam wawancara dengan GMA Network pada pertengahan 2015, alasan pensiunnya wanita top di industri esek-esek Jepang ini adalah ingin bekerja sesuai dengan mimpinya di industri film (biasa) dan dunia hiburan.

Keputusan itu sempat dicibir banyak orang sehingga Maria pun memutuskan pindah ke Filipina.

Bukan hal mudah bagi pemain industri porno di Jepang untuk pensiun. Terlebih mereka yang tidak bisa mengubah gaya hidupnya. Di industri porno mereka dengan mudah mencari uang. Sementara tak banyak lowongan pekerjaan yang bisa diisi mereka yang pensiun selain di dunia hiburan juga.

Perlu diketahui saja, setiap bulan di Jepang keluar sekitar 4.000-an judul film esek-esek. Anehnya, pemain wanitanya sangat dominan dibandingkan pemain prianya. Dari sekitar 6.000-an bintang film porno wanita, hanya ada 70-an pemeran pria.

(Baca juga: Lebih dari Setengah Penduduk Dewasa Jepang Memilih untuk Tidak Ngeseks)

Sedikitnya pemain pria membuat Ken Shimizu – salah satu aktor industri esek-esek Jepang – mengaku lelah. Bayangkan, ia pernah tidak bisa liburan selama tujuh tahun!

“Jumlah bintang porno laki-laki di Jepang lebih sedikit dari jumlah harimau bengal,” cuit Shimizu di Twitter.

Sementara, besarnya animo siswi SMA atau mahasiswi terjun di industri porno karena memburu penghasilan. Kerja sambilan di JAV tersebut menuai upah yang cukup besar setiap bulan, yakni 250 ribu yen (setara Rp27,5 juta).

Anehnya, dengan banjirnya video esek-esek itu, kasus pemerkosaan atau angka kejahatan seksual di Jepang sangat rendah. Berbeda dengan di Indonesia yang banyak kasus pemerkosaan dipicu oleh tontonan video esek-esek yang beredar illegal.

Bisa jadi norma yang masih berlaku ketat di masyarakat Jepang serta cap “memerkosa adalah perbuatan gila” menjadikan kasus kejahatan seksual di Jepang sedikit. Hukuman terhadap pelaku kejahatan seksual juga keras.

Selain itu Jepang juga mengatur secara ketat dalam hal visualisasi film porno. Film porno memang legal, tetapi coba perhatikan film-film porno mereka. Bagian-bagian vital disensor. Bila kita temukan film porno Jepang tanpa sensor, bisa dipastikan film-film itu dikuasai Yakuza.

Kasus Igarashi