Penulis
Intisari-Online.com – Di satu siang, seorang pemuda masuk ke sebuah toko kelontong. Di toko itu ia menelepon seseorang. Bapak pemilik toko kelontong itu kemudian secara tak sengaja mendengar pembicaraan telepon sang pemuda. Beginilah pembicaraannya.
Pemuda: “Selamat siang Ibu Dinda, saya diberitahu oleh seorang teman bahwa ibu membutuhkan seorang tukang kebun untuk mengurus taman Ibu yang luas. Apakah Ibu masih membutuhkan tukang kebun?”
Ibu Dinda: “Maaf sekali, saya sudah mendapatkan seorang tukang kebun.”
Pemuda: “Saya sangat membutuhkan pekerjaan. Maukah Ibu menerima saya? Saya bersedia dibayar separuh harga dari tukang kebun Ibu sekarang.”
Ibu Dinda: “Maaf, saya sudah puas dengan tukang kebun saya yang sekarang.”
Pemuda: “Bu, saya akan merapikan semua rumput, memangkas pohon yang kering, dan membersihkan kolam atau apa pun yang ada di kebun Ibu. Ketika saya selesai bekerja, Ibu akan memiliki taman terbaik di satu kota ini.”
Ibu Dinda: “Maaf, saya sudah puas sekali dengan tukang kebun saya yang sekarang. Ia sudah melakukan semua yang saya minta, bahkan lebih. Terima kasih atas tawarannya.”
Percakapan itu kemudian selesai. Sang pemilik toko kelontong itu kemudian berkata, “Nak, saya suka dengan niatmu yang besar. Saya bisa memberimu pekerjaan.” Di luar dugaan, pemuda itu tersenyum sambil berkata, “Tidak terima kasih.”
Sang pemilik toko berkata dengan kaget, “Tapi kamu terlihat seperti sangat membutuhkan pekerjaan!” Pemuda itu berkata, “Tidak, Pak. Saya adalah tukang kebun Ibu Dinda. Saya hanya ingin mengecek apakah ia puas dengan pekerjaan saya.”