Mengapa Kita Meringis Setiap Kali Merasakan Sakit? Ini Jawabannya!

Moh Habib Asyhad

Penulis

Kita meringis saat merasakan sakit sebagai bentuk komunikasi emosional.

Intisari-online.com—Ekspresi wajah merupakan keunikan dari manusia. Dalam setiap situasi tertentu, ada ekspresi yang mewakili. Salah satunya adalah meringis ketika merasakan sakit. Cirinya adalah dengan menyerngitkan dahi atau memejamkan mata.

Pada tahun 2010, para peneliti di Montreal, Kanada menyatakan bahkan tikus (sebagai mamalia) juga menunjukkan karakteristik ekspresi wajah yang meringis ketika merasa sakit. Dalam penelitian yang menggunakan rekaman video super cepat itu, mereka mendokumentasikan setidaknya 5 pergerakan ekspresi di wajah ketika ia merasa sakit.

Nah, sama halnya dengan manusia. Sekalipun rasa sakit itu tidak ada pada wajah, ketika merasakan sakit di bagian tubuh lain, kita akan meringis. Otot-otot wajah bergerak, menimbulkan kerutan di sekitar mata dan hidung.

Pertanyaannya, mengapa ya kita meringis? Apakah rasa sakit itu menjalar hingga ke wajah? Apakah meringis mengurangi rasa sakit? Apakah meringis merupakan reaksi saraf?

Bukan. Satu-satunya alasan mengapa kita tersugesti untuk meringis ketika merasakan sakit adalah untuk memberitahu pada orang sekitar bahwa kita sedang merasakan sakit. Poinnya adalah mengkomunikasikan keadaan kita pada orang lain. Sehingga orang-orang di sekitar kita mengetahui kondisi kita saat itu.

Selain itu, secara tidak langsung, meringis saat merasa sakit memberi stimulus pada kita dan orang yang melihat bahwa sesuatu yang menimbulkan rasa sakit itu adalah berbahaya. Sehingga di waktu-waktu selanjutnya kita atau orang lain kita bisa lebih berhati-hati agar rasa sakit tidak perlu terjadi.

Meringis bukanlah reaksi saraf yang spontan terjadi ketika kita merasa nyeri. Sebab saraf sensorik nyeri dan aktivasi motorik saraf di wajah merupakan jenis yang berbeda yang tidak saling berhubungan.

Meringis merupakan sekadar komunikasi emosional yang secara alami dilakukan ketika merasa sakit.