Find Us On Social Media :

Kematian Akhiri Penderitaan Anak dengan Kepala Terjatuh

By Hery Prasetyo, Rabu, 9 November 2016 | 07:15 WIB

Mahendra Ahirwar memiliki kepala terjatuh atau miring 180 derajat, sebelum dioperasi.

Intisari-Online.com — Perjuangan Mahendra Ahirwar melawan penyakit miopati kongenital telah berakhir bersama napas terakhirnya. Anak dengan kepala terjatuh itu meninggal dunia dengan mendadak.

Akibat penyakitnya, kepala remaja asal Madhya Pradesh, India itu miring 180 derajat, seperti terjatuh.

Kepala Mahendra tidak bisa tegak. Penyakitnya membuat dia mengalami kelemahan otot leher, miring 180 derajat dan terlihat seperti terbalik.

Mahendra menjadi bahan pembicaraan dunia setelah seorang ibu asal Liverpool, Inggris, menggalang dana untuk pengobatannya.

Penggalangan dana itu menarik banyak simpati, hingga delapan bulan lalu Mahendra bisa menjalani operasi untuk menegakkan lehernya. Operasi dipimpin dr Rajagopalan Krishnan dari Rumah Sakit Apollo, India. Ia sudah sangat berpengalaman menangani kasus-kasus ekstrem atau penyakit langka di negaranya.

Operasi selama 10 jam itu berjalan lancar. Kepala Mahendra bisa tegak dan ia bisa melihat dunia dengan tidak terbalik. Ia pun kembali bisa sekolah. Selama kepalanya terjatuh, ia tidak bisa bersekolah.

Tuhan berkehendak lain. Dia tidak bisa sekolah lama karena harus segera menhadap Yang Maha Esa secara mendadak. Menurut cerita ibu Mahendra, Sumitra (36), sebelumnya ia menjalani hari-hari seperti biasa pada Sabtu (5/11/2016).

Dia sempat makan siang. Setelah itu, Mahendra berbaring menonton TV film kartun. Entah kenapa, ia batuk dua kali.

"Dia meminta saya menggosok dadanya. Saat mencoba batuk yang ketiga kali, ia meninggal. Saya mulai menangis keras dan terus memanggil namanya," ratap Sumitra.

Sumitra meminta pertolongan dan akhirnya tim dokter datang memeriksa. Namun, sekitar pukul 15.00 waktu setemat, Mahendra dinyatakan sudah meninggal dunia.

Kabar itu membuat dokter Rajagopalan terkejut. Menurutnya, "Kematian Mahendra bukanlah komplikasi dari operasi atau intervensi lainnya. Jika itu terjadi, ia akan meninggal di meja operasi atau ICU, bukan delapan bulan kemudian (setelah operasi)."

Mahendra diduga mengalami masalah cardiopulmonary yang merupakan komplikasi paling umum dari penyakit miopati bawaan. Masalah pada jantung dan paru-paru itu memang sering kali tak menimbulkan gejala.

Menurut Sumitra, Rajagopalan dan tim dokter lainnya telah membantu Mahendra memiliki kehidupan baru dalam melihat dunia meskipun hanya delapan bulan.

"Dia dengan Tuhan sekarang. Saya berharap dia mampu menemukan kedamaian. Selama ini, dia memiliki kehidupan yang menyakitkan. Di mana pun dia berada, saya berharap dia bebas dari rasa sakit," ucap Sumitra.