Find Us On Social Media :

Meski Sudah Berusia 105 Tahun, Kunwar Bai Yadav Sukses Memelopori Pembangunan Toilet di India

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 3 November 2016 | 16:05 WIB

Kunwar Bai Yadav, pelopor pembangunan toilet di India

Intisari-Online.com - Usianya memang sudah sangat renta, 105 tahun. Tapi itu tak menyurutkan niat Kunwar Bai Yadav untuk terus menjadi bermanfaat. Ia bahkan sukses memelopori pembangunan toilet di sebuah distrik di Negara Bagian Chhattisgarh, India bagian tengah, bernama Dhamtari.

Kini, distrik itu telah dinyatakan sebagai distrik bebas dari buang air besar sembarangan. Atas jasanya, Kunwar Bai Yadav mendapatkan penghargaan dari pemerintah India.

Seperti dilaporkan BBC, desa tempat tinggal Yadav terletak sekitar 100 km dari Rajpur, ibukota Chhattisgarh. Desa ini dihuni oleh 18 keluarga, yang tergusur akibat pembangunan bendungan di sungai Mahanadi, akhir tahun 1970-an. Desa kecil yang hampir tak terpetakan ini susah dibayangkan untuk menjadi lokasi dari suatu revolusi, dan warga tertua di desa ini, Kunwar Bai Yadav, sulit diandaikan sebagai seorang revolusioner.

Tapi semuanya berubah dalam beberapa tahun terakhir. Nama Yadav dan desanya telah tercatat dengan huruf-huruf besar dalam perjalanan negara bagian itu untuk bebas dari kebiasaan buang air hajat di alam terbuka. Yadav sendiri telah dianggap sebagai maskot kampanye mengurangi buang air besar sembarangan.

Tak sekadar pengakuan, Perdana Menteri India Narenda Modi bahkan secara khusus membungkuk dan menyentuh kaki perempuan tua ini. Di India ini adalah tanda seseorang menunjukkan penghormatan setinggi-tingginya. Tak lupa, Nodi juga menetapkan bahwa distrik itu telah bebas dari kebiasaan buang besar sembarangan.

Sekitar dua tahun lalu, Modi meluncurkan gerakan Kampanye India Bersih. Salah satu programnya adalah menghilangkan kebiasaan buang air besar di ruang terbuka. Program ini sendiri diluncurkan bertepatan dengan ulang tahun kelahiran Mahatma Gandhi ke-150 tahun.

Saat itulah seorang renta bernama Kunwar Bai Yadav menunjukkan tajinya. Suatu hari, ketika sedang pergi ke hutan dekat desanya untuk buang hajar, ia mendengar program toiletisasi itu. Seumur hidup, ia baru sekali itu mendengar istilah toilet.

“Saya pikir saya akan terlepas dari semua masalah jika membangun toilet di rumah sendiri,” katanya.

Tapi persoalannya ia tak punya uang sepeser pun untuk membuat toilet itu—tapi ia punya duapuluhan ekor kambing. Setelah memutar otak, ia akhirnya menjual tujuh ekor di antaranya dengan harga 18 ribu rupee (sekitar Rp3 juta). Uang itu sejatinya masih jauh dari cukup, tapi untung saja salah seorang menantunya mau menyisihkan sebagian gajinya untuk membantu mertuanya.

Yadav lalu memperkerjakan empat orang buruh untuk membangun toilet senilai 22 ribu (atau sekitar Rp4,2 juta) selama 15 hari. Toilet yang pertama kali dibangun di desanya itu, langsung menjadi buah bibir. Tetangganya yang penasaran pun datang untuk menengoknya, lalu beberapa petani dari desa terdekat; mereka berbondong-bondong untuk mencobanya.

“Awalnya sebagian besar warga desa tidak mau membangun toilet di rumah karena mereka terbiasa buang hajat di tempat terbuka,” kata Vatsala Yadav, kepala dewan untuk desa Kotabharri dan Barari. “Sebelum ini, orang-orang akan mengatakan, ‘Kami terlalu miskin, bagaimana kami bisa membangun toilet',” tambah ohan Singh Yadav, agen asuransi dan suami Vatsala Yadav.

Meski demikian, pembangunan toilet-toilet itu bukan jaminan orang-orang akan menggunakannya dan tantangan terbesar, kata pejabat distrik Dhamtari CR Prasanna, adalah mengubah pola pikir. “Orang-orang terbiasa buang air besar di tempat terbuka dan sulit untuk mengubahnya. Saya bisa membangun toilet, itu memang mudah, tetapi mengubah pola pikir jauh lebih sulit.”

Untuk mengatasi masalah itu, pemerintah telah membentuk “pasukan hijau,” yang akan memastikan bahwa warga tidak lagi membuang air besar di ruang terbuka. Tak hanya itu, dilangsungkan juga permainan jalanan untuk mengajarkan orang tentang sanitasi, dan orang-orang seperti Nyonya Yadav juga diikutsertakan untuk mendorong agar orang-orang mencontohnya.

Kunwar Bai Yadav, yang menghabiskan sepanjang hidupnya dalam ketidak-pastian nasib dan tidak pernah keluar dari desanya sampai awal tahun ini, diundang untuk bertemu perdana menteri dan menjadi semacam selebriti baru. “Saya tidak pernah membayangkan suatu hari saya akan menjadi begitu terkenal,” ujar Yadav.